Minggu, 14 November 2010

Menjadi Lebih dari yang Kita Impikan

Banyak orang yang berkata bahwa seseorang tidak harus menjadi sarjana agar dapat menghasilkan uang banyak. Mendengar hal itu kadang memupuskan semangat belajar kita sebagai mahasiswa. Tetapi lihat para sarjana yang telah berhasil menyelesaikan kuliah. Pikiran mereka begitu terasah karena mereka dibiasakan untuk selalu belajar dan menyelesaikan berbagai masalah dengan pola pikir mereka yang bertumbuh selama masa kuliah, bahkan masalah yang sebelumnya belum pernah ada. Orang-orang semacam inilah yang akan dipakai Tuhan. Tuhan tidak akan menggunakan orang-orang yang berpikiran tumpul untuk melakukan perkara-perkara yang besar, namun orang-orang cerdas.

Kita juga harus memiliki visi, mimpi, atau bisa kita sebut impian. Firman Tuhan mengatakan bahwa Yusuf, yang awal mulanya hanya seorang gembala, mampu menjadi salah seorang pemimpin yang besar di Mesir. Ini semua berawal dari mimpi-mimpi Yusuf. Ia melihat bahwa dirinya akan menjadi seseorang yang besar! Mimpi ini membuatnya dibenci saudara-saudaranya, sehingga ia dijual sebagai budak ke Mesir oleh mereka. Tetapi lihat apa yang dilakukan Tuhan kepada Yusuf sewaktu di Mesir. Ia telah membuat Yusuf menjadi salah seorang andalan Firaun, menjadi orang penting dalam pemerintahan Mesir. Mimpinya telah menjadi kenyataan!

Tuhan tidak hanya mampu membuat kita menjadi seperti yang telah kita impikan namun juga dapat membuat kita menjadi “lebih” dari yang kita impikan. Efesus 3:20 berkata, “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.” Namun bagaimanakah caranya? Roma 12:1-2 berkata, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Jadi, kita dapat menjadi “lebih” dari yang telah kita impikan dengan menyamakan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Lakukanlah sesuatu yang benar, yang mulia, dan yang suci, sesuai dengan kehendak-Nya, niscaya Tuhan akan melakukan perkara yang besar pada diri kita dan bersama-sama dengan kita.

Kamis, 04 November 2010

Home? Outside?

"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian."
(Efesus 6:1)

Bagaimana hidup kita di dalam dan di luar rumah? Apakah kita terlihat baik di luar saja? Sebagai mahasiswa yang berintegritas, kita harus menunjukkan diri apa adanya. Memiliki hidup yang transparan artinya tidak ada perbedaan di dalam atau di luar rumah.

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang tema kita, mari kita pahami konteks surat Paulus kepada jemaat Efesus. Efesus terdiri dari 6 pasal dan surat ini merupakan rencana Tuhan kepada anak-anak-Nya.
Efesus 1-3 menjelaskan bagaimana kita ditebus Allah. Ada 3 tahap yaitu:

1.      Diselamatkan (Efesus 2:1-10)
Tuhan menyelamatkan kita karena ini merupakan awal rencana Tuhan. Keselamatan yang kita terima adalah anugerah. Keselamatan dapat kita peroleh, saat dosa kita sudah dihapuskan oleh darah Kristus.
2.      Disatukan (Efesus 2:14)
Tuhan sudah mempersatukan kita dengan Bapa. Dengan darah Kristus (Efesus 2:13), tembok pemisah telah dirubuhkan (Efesus 2:14), sehingga kita menjadi kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah (Efesus 2:19).
3.      Diutus (Efesus 3:10-11)
Kita diutus keluar untuk menyatakan Tuhan. Seperti tugas gereja, eklesia yang artinya dipanggil keluar.

Efesus 4-6 berisi tentang arahan praktis gereja, bagaimana hidup sebagai umat yang sudah ditebus, baik pribadi maupun dalam hidup bersama.

Kembali membahas tema kita. Dalam Efesus 6:1-4, ada 3 bagian yang dapat kita temukan, yaitu:
1.      Taat di dalam Tuhan (Efesus 6:1)
2.      Perintah yang penting (Efesus 6:2)
3.      Janganlah bangkitkan amarah (Efesus 6:4)

Kita sebagai anak mendapat perintah dari Tuhan, begitu juga orang tua kita. Kita harus taat dan hormat kepada orang tua kita, karena itu merupakan kewajiban. Orang tua kita juga diperintahkan Allah untuk tidak membangkitkan amarah dan mendidik kita dalam dalam ajaran Tuhan. Integeritas hidup dalam keluarga adalah buah dari pertumbuhan rohani kita. Dalam melakukan perintah-Nya, ingatlah itu adalah tujuan penebusan kita, yaitu "menjadikan Kristus sebagai kepala."

Jadi kalau hubungan kita dengan orang tua kita kurang baik, ampuni mereka. Berubahlah dengan pertolongan Tuhan.
GBU all...