Minggu, 28 Desember 2008

Drama Musikal 'The Voice Of Truth'




"PMK ITB kembali mengadakan sebuah perayaan natal yang kali ini dikonsep cukup berbeda dengan natal - natal sebelumnnya. Sebuah drama musikal natal yang bertajuk 'The Voice Of Truth' yang terambil dari Yohanes 1:7. Intinya adalah bagaimana kita bisa menjadi saksi ke tengah-tengah dunia dan berani mengatakan bahwa hanya ada satu Suara Kebenaran yaitu Kristus Yesus yang telah lahir ke dalam dunia.

Drama musikal 'The Voice Of Truth' akan diadakan pada:
Hari/Tanggal : Senin/12 Januari 2009.
Tempat : Aula Timur ITB, Jalan Ganesha no 10 Bandung
Waktu : 17.00 - selesai


Acara ini akan dibawakan oleh beberapa orang mahasiswa yang akan memerankan penokohan dan juga sebuah choir..
Jadi, penasaran kan??...makanya jangan lupa datang, tambahkan acara ini di reminder, henpon, Laptop, komputer, PDA, Agenda, dan Kalender kalian supaya gak kelupaan ya..
Dan yang gak kalah penting, ajak teman-teman yang lain juga ya,,..
terimakasih, ,,
with love,,


informasi:
Humisar 081910030933
Theo 08567571565 "

Sabtu, 27 Desember 2008

Tradisi Natal

Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya:

"Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."

Tradisi adalah identitas. Semua bangsa, suku bangsa, Negara, budaya, agama mampunyai tradisinya masing-masing. Demikian juga agama Kristen. Di dalam menjalani tradisi apapun kita harus mengerti prinsip yang diajarkan alkitab. Semua praktek adalah implikasi dari prinsip. Prinsip yang benar akan menghasilkan praktek yang benar dan dikonfirmasi oleh Tuhan. Agama kristen mempunyai 2 tradisi besar yaitu natal dan paskah. Tradisi natal berbeda dari tradisi paskah, karena tradisi paskah (peringatan kematian Yesus) dimandatkan oleh Yesus sendiri, namun semasa hidupnya Yesus tidak pernah member mandate untuk memperingati ulangtahunnya, dan Dia sendiripun tidak pernah melakukannya.Di dalam Tradisi Yahudi memang tidak pernah terjadi perayaan ulang tahun,hal ini disebabkan karena bagi bangsa Yahudi perayaan ultah diasosiasikan dengan orang kafir. Oleh sebab itu kata merayakan (celebrate) kurang baik digunakan pada natal Karena kita tidak merayakan ulang tahunNya,lebih tepat apabila kita menggunakan kata “Memperingati” karena pada hari natal kita memperingati datangnya Juruselamat ke dalam dunia.

Ada 3 Tradisi natal yang wajib untuk kita jalankan:


1. Memperingati natal berarti memperingati Inkarnasi

Inkarnasi adalah masuknya Allah kedalam sejarah.Inkarnasi bukan kelahiran.Kelahiran hantalah titik mula dari Inkarnasi,hanyalah 1 titik dalam Inkarnasi. Inkarnasi berarti pra-eksistensi dari yang ada menjadi ada.Ini berbeda dengan kelahiran, kelahiran adalah dari yang tidak ada menjadi ada. Yesus sebelum dilahirkan sudah ada,maka dia berinkarnasi, kelahiran hanyalah cara yang Yesus pakai untuk masuk dalam sejarah. Yesus bias saja menggunakan banyak cara untuk masuk kedalam sejarah. Dia bisa saja muncul langsung dewasa di dalam dunia, tetapi dia memakai cara manusia yaitu lahir sebagai bayi, lahir dalam keterbatasan,seorang bayi adalah manusia yang paling terbatas,Yesus mau mengalami proses manusia agar dia menjadi pengantara yang sempurna adtara Bapa dan manusia, sebab dia sudah pernah mengalami derita manusia, Dia bukan Pengantara yang menjadi manusia langsung dewasa. Inilah yang membuat Yesus manusia yang sejati dan pengantara yang baik.

Yesus lahir memang tanpa melalui pembuahan tapi ini tidak bbisa dijadikan alasan untuk menyangkal kemanusiaan Yesus,karena sebelumnya sudah ada manusia yang ada juga bukan karena pembuahan yaitu adam dan hawa.

Yesus turun kedalam dunia ditengah krisis dan kebobrokan zaman menjadi contoh bagi manusia bagaimana harus hidup,namun terlebih dari semuanya Inkarnasi Kristus adalah untuk penebusan,kelahiran Yesus adalah Suffering bukan celebration, hamper semua orang-orang yyang terlibat menderita,Maria,Yusuf,Majus,dan bahkan Yesus sendiri. Kelahiran Yesus identik dengan penderitaan dan pengorbanan maka adalah hal yang tidak layak jika kita memperingati natal dengan perayaan.

2. Natal yang Sederhana

Seperti yang sudah dibahas, semua sisi dalam alkitab merayakan natal identik dengan penderitaan. Inkarnasi adalah kehinaan besar bagi Yesus, dalam PL Yesus sudah pernah turun kebumi,semua orang penting tunduk pada Yesus,di dating dengan dikawal malaikat kepada Abraham,kepada Musa. Namun sekarang dia harus turun dalam kehinaan, bukan dalam nuansa kerajaan,bahkan bukan di tempat manusia melainkan di tempat binatang. Di dalam kehidupan Yesus status kehidupannya di bagi 2: Status kehinaan (lahir,mati disalib,di kubur) dan status pemuliaan (naik, bangkit, maranatha). Pada suatu sisi ada penderitaan,pada sisi lain ada pemuliaan ini seperti paradox, namun ini mengajarkan pada kita untuk tidak boleh bahagia diatas penderitaan orang, karena Yesus sendiri adalah orang yang menderita

3. Penginjilan

Di dalam Lukas 2:10 kata diberitakan mengunakan kata euaggelizomai yang berarti memberitakan kabar baik, penginjilan adalah esensi dalam kelahiran natal. Orang majus dan para gembala adalah objek penginjilan natal yang pertama, dan malaika-malaikat adalah pemberita injil pertama di hari natal, apabila kita mengamati silsilah Yesus Kristus maka akan kita dapati 4 macam strata pada silsislah itu: Orang penting (Abraham,musa),Raja-raja,Orang yang tidak diketahui,dan Orang terbuang (perempuan dan orang nan Yahudi). Hall ini menggambarkan Yesus dating kedunia bagian semua orang kaya atau miskin,Jendral atau anak buah,presiden,raja,pengemis, siapapun mereka Yesus datang kepada mereka, oleh sebab itu adalah kewajiban kita ketika memperingati natal kita kembali mengingat mereka. Membawa jiwa kepada Tuhan,Seperti orang majus dari Timur dibawa oleh terang kepada Tuhan agar kiranya genaplah nats bangsa dalam kegelapan boleh melihat Terang yang besar.



Selain 3 tradisi yang alkitab ajarkan kita akan melihat 3 Tradisi yang baik untuk dijalankan namun tidak ditulis secara langsung di Alkitab

1. Lilin

Yesus berkata Akulah Terang dunia, bangsa yang hidup didalam kegelapan telah melihat Trang besar, dan banyak bagian alkitab yang mengidentifikasikan Kristus sebagai terang yang telah datang, maka tidaklah salah kalau kita menyalakan lilin sebagai peringatan datangnya Terang itu ke dunia,Terang itu telah menjadikan kita semua terang untuk menrangi dunia (Mat 5),kita pun sekarang adalah terang dunia,ketika kita menyalakan lilin maka kita mengingat status dan tanggung jawab kita di dunia untuk mengikuti teladan Yesus menerangi dunia.

2. Paduan Suara

Ketika Yesus lahir,malaikat-malaikat bersorak memuji dia, kemuliaan bagi Allah, seluruh bala sorga memuji keagungan sang Raja yang mau rela merendahkan diri menbatasi diri turun kedalam dunia yang hina dan penuh cobaan, hari ini jikalau kita datang di hari natal kita memuji kebesaran Yesus itu adalah baik.Seperti malaikat memuji Tuhan hendaklah kita juga memuji kebesaran Tuhan Kita

3. Persembahan Syukur

Orang majus datang dengan emas,mur dan kemenyan. Mereka memberikan persembahan kepada Tuhan,tetapi pada hari ini,kita identik dengan menerima kado-kado natal. Ini sama sekali bertentangan dengan alkitab bukan minta kado,atau tukar kado tapi member persembahan khusus di hari natal. Pada zaman kelahiran Yesus,persembahan diberikan pada Raja apabila kalah berperang sebagai upeti, Yesus adalah raja kita dan kita adalah budaknya, budak tidak pernah minta dari raja,sebaliknya budak akan member bagi raja.Adakah kita memberi persembahan khusus di hari natal?



Selain itu kita juga melihat 3 Tradisi yang tidak berhubungan dengan natal yang dijalankan sampai sekarang

1. Sinterklas

St. Nicolaus adalah seorang Kristen yang baik hati,dia ahidup sekitar abad 3 M.orang tuanya mati ketika dia masih kecil,namun dia adalah orang yang kaya,dia terinspirasi pada bagian alkitab tentang orang kaya yang Yesus suruh untuk menjual seluruh hartanya dan membagikannya kepada orang miskin,karenanya orang-orang sangat mengargai dia, Nicolaus sendiri meninggal tanggal 6 desember,dan orang-orang mempertingati tanggal ini sebagai St. Nicolaus day. Namun karena bagi gereja advent tanggal ini adalah hari penantian datangnya Kristus,akhirnya tradisi ini digabung dengan natal,sebetulnya St. Nicolas day dan natal adalah 2 hari yang betul-betul berbeda dan tidak ada hubungannya sama sekali. Oleh sebab itu tidaklah sepatutnya kita mengidentifikasikan natal dengan Sinterklas

2. Pohon natal

Pohon natal berasal dari Tradisi pohon cemara yang digunakan untuk merayakan dewa Mitras (matahari) pada sekitar abad 3-4 M,akhirnya tradisi inii diadopsi oleh orang Kristen,pada awalnya tradisi ini banyak ditentang oleh kekristenan mula-mula. Namun suatu ketika, Martin Luther yang melihat pohon cemara pada musim salju dan melihat bintang-bintang yang tampak dari balik pohon itu sangat indah maka Luther memulai semacam tren baru,di amenebang pohon cemara tersebut dan memansang di rumahnya. Pohon natal ini Juga bertambah popular semenjak ratu Victoria dan keluarga berfoto dengan beckground pohon natal, karena keluarga raja adalah contoh bagi rakyat,maka mulai lah tren pohon natal di Inggris dan sampai saat ini di seluruh dunia.

3. Kartu ucapan

Kartu ucapan dipopulerkan oleh Cole (1843).Sebenarnya tidak begitu salah untuk mengirimkan kartu atau ucapan natal, sebab ucapan kita terkadang bias menguatkan sesame,terutama dengan mengutip ayat-ayat yang baik dan ucapan-ucapan yang menbangun dan menguatkan,namun adalah sala kalau natal diidentikan dengan ucapan,sebab adalah keharusan setiap saat kita saling menguatkan.

Kita telah melihat 3 tradisi yang alkitabiah,3 tradisi yang baik dan 3 tradisi yang salah,saudara-saudara jadikanlah natal lebih bermakna kembalilah kepada prinsip yang alkitab ajarkan bukan perayaan,pohon natal namun tradisi natal yang sejati yang alkitab ajarkan.


Hohoho.. met natal :D .. moga natal kali ini membawa damai dan kasih Kristus... natal yang penuh perenungan dan makna..

Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. -LD'08 -

Senin, 22 Desember 2008

Natal, Momen Penuh Makna (Bagian II)

Melihat Pemandangan Natal
Bill Hybels

“Palungan adalah suatu simbol mengenai apa yang mungkin terjadi jika Yesus Kristus berdiam dalam diri kita.“ Sampai saat ini kita telah melihat begitu banyak pemandangan Natal karena telah menyatu dengan alam. Namun, marilah kita perhatikan satu per satu benda khas itu dengan lensa zoom dan fokus sejenak pada bintang di atas kandang.

(1) Bintang: Allah menyediakan pemandu jalan bagi para pencari Allah

Percaya atau tidak, Alkitab memberi tahu kita bahwa Allah menyiapkan sebuah bintang khusus yang berfungsi sebagai "pemandu jalan" bagi sekelompok lelaki dari Timur yang sudah lama rindu mencari Bayi Natal. Bintang ini tidak hanya membimbing orang-orang dari Timur ke Yerusalem kemudian ke Betlehem saja. Matius 2:9 memberi tahu kita bahwa bintang ini memimpin orang-orang Majus ini tepat menuju lokasi Yusuf, Maria dan Yesus berada. Dan ketika mereka akhirnya menemukan Dia, Kitab Suci menyebutkan bahwa mereka sujud menyembah dan memberikan persembahan pada-Nya.

Teks Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa orang-orang Majus itu bersukacita karena Allah telah menyediakan pemandu jalan yang akurat. Jauh di lubuk hati, mereka tahu bahwa tanpa tuntunan bintang itu, mereka takkan dapat menemukan Kristus. Bintang Natal adalah anugerah dari Allah, pemandu jalan dari Allah bagi orang-orang yang mencari Dia.

Pada Natal kali ini, cobalah amati bintang tersebut. Pandanglah dengan cara yang sedikit berbeda. Pandanglah ia sebagai pertanda bahwa Allah selalu menyediakan pemandu jalan bagi yang sungguh-sungguh mencari Allah. Sepanjang sejarah, Allah menyatakan bahwa mereka yang sungguh-sungguh mencari Kristus akan menemukan Dia. Pemandu jalan itu bisa ibu, ayah, teman, guru, pendeta, atau yang lain–"pemandu jalan" yang Ia kirimkan untuk memimpin kita kepada Kristus.

Namun bisa saja Anda lebih merasa seperti orang yang masih mencari daripada menemukan. Izinkan saya menyampaikan perkataan yang menyemangati Anda. Kemungkinannya adalah Allah telah memberikan pemandu jalan bagi hidup Anda, dan ia berada di suatu tempat. Kemungkinannya adalah jika Anda meneliti pengalaman dalam hubungan Anda dengan orang lain, mungkin Anda telah mengenal seseorang yang cahaya rohaninya menyala cukup terang, yang kasihnya nyata, yang imannya telah menarik perhatian Anda lebih dari sekali. Orang tersebut bisa jadi merupakan pemberian Allah bagi Anda, semacam bintang Natal, yang merupakan pemandu jalan dari Allah.

Mungkin Anda berkata, ”Yah, tapi orang itu hanya istri saya, anak saya, tetangga saya atau sanak saudara saya. Berilah saya cahaya pemandu jalan yang seterang sinar laser, maka saya akan memerhatikan-Mu dengan sungguh-sungguh. Saya tidak ingin mengikuti arah yang ditunjukkan oleh manusia yang biasa-biasa saja.”

Kepada Anda, saya katakan berhati-hatilah dan rendahkanlah hati Anda. Izinkan Allah menentukan cara terbaik untuk membimbing Anda datang kepada Putra-Nya. Orang Majus mungkin lebih menyukai pemandu yang lebih bersifat pribadi, tapi inti pelajaran yang mereka berikan adalah bahwa mereka tanggap terhadap bimbingan yang Allah sediakan. Kita pun harus demikian. Kita harus tanggap terhadap bimbingan Allah, bagaimanapun caranya dan melalui siapa saja .

Lihatlah bintang itu, Allah mungkin telah menyediakannya bagi Anda. Gunakanlah segera!

(2) Kandang: Allah mengutus Yesus untuk hidup di dunia nyata

Sekarang aturlah kembali lensa zoom Anda sedikit lebih fokus pada kandang, sebuah gubuk yang terbuat dari potongan kayu kasar yang selalu dibuat oleh pembuat kandangan dengan gaya Natal yang kuno. Apakah kandang itu terfokus dengan jelas? Kandang itu sama seperti ribuan kandang lain: gelap, lembab, penuh hewan yang bau, dan tikus yang berkeliaran. Sebuah tempat yang benar-benar buruk untuk melahirkan seorang bayi. Hal ini membuat para pemikir bertanya, ”Jika Allah mampu memerintahkan bintang sebagai pemandu jalan, mengapa Dia tidak bisa mengaturkan sebuah kamar hotel di Betlehem Hilton atau setidaknya sebuah kamar pribadi di rumah sakit setempat?” Memerintah sebuah bintang jelas lebih sulit daripada mendapatkan sebuah kamar, bukan?

Jawabannya: Allah tentu dapat melakukannya, tetapi Dia sengaja memilih untuk tidak melakukannya. Allah memilih "kandang" untuk alasan yang amat penting. Ketika Allah mengirimkan Putra-Nya, Dia membuat suatu keputusan strategis untuk tidak melindungi Putra-Nya. Allah tidak membuat Yesus dilahirkan di dunia sebagai orang kaya dan berkuasa.

Allah ingin Putra-Nya menjalani kehidupan yang miskin dan penuh perjuangan. Udara pertama yang Yesus hirup bercampur dengan bau kotoran binatang. Suara pertama yang didengar-Nya adalah dengkur hewan ternak. Pakaian Yesus yang pertama terbuat dari kain lap. Sejak hari pertama, Allah Bapa memutuskan untuk tidak melindungi Putra-Nya dari kenyataan hidup yang keras dan kasar. Mengapa? Apa tujuannya?

Pernah di Rumania, seorang aristrokrat bertangan besi hidup dalam kegemilangan istana dan memerintahkan rakyat untuk makan kubis selama 24 tahun. Rasa sakit hati yang tumbuh pada rakyat membuat mereka berani menggulingkan diktator itu. Mereka tidak hanya menggulingkan dia dari jabatan, tapi juga mendobrak masuk ke istana, melemparkan kekayaannya ke jalan, menghancurkan dia, dan meludahinya.

Selama 24 tahun rakyat Rumania mendengarkan pidatonya, mengikuti perintahnya, tetapi dalam hati mereka menggerutu, ”Ia bukan salah satu dari kita. Kamu tidak tahu apa yang dialami rakyat kecil di negeri ini. Kamu hidup di dunia berbeda. Kamu terjamin dan terlindungi.”

Kawan, lihatlah baik-baik kandang itu. Kandang itu merupakan simbol permanen yang menunjukkan bahwa Allah mengutus Yesus untuk hidup di dunia nyata. Demi kita, Yesus tidak dilahirkan sebagai bangsawan. Dia memulai hidup ini lebih hina dari kita semua. Dia dilahirkan ke dalam sebuah keluarga sungguhan, dan Dia benar-benar melakukan pekerjaan tukang yang kasar selama tiga puluh tahun. Dia tinggal di sebuah lingkungan bertetangga. Dia memiliki teman-teman. Dia menderita akibat kerasnya kehidupan, sama seperti kita. Pada akhirnya, Dia mati secara mengenaskan karena kejahatan yang tidak Dia lakukan.

Maka, ketika Alkitab mendesak orang-orang yang mengalami kekecewaan dan penderitaan untuk mencurahkan isi hati kepada Penyelamat yang sekarang telah naik ke surga, mereka dapat melakukannya dengan keyakinan bahwa Yesus mengerti. Dia pernah mengalami hal yang sama.

Hidup tanpa harta? Dia telah mengalaminya.
Kekurangan, kemiskinan? Dia telah merasakannya.
Diskriminasi, penindasan? Yesus menjadi pengungsi sejak dalam kandungan.
Penolakan? Dia mengalaminya.
Hinaan? Bagian hidup-Nya sehari-hari.
Ditinggalkan? Ya, oleh para murid, saat Dia sangat butuh semangat dan penghiburan dari mereka.
Penderitaan fisik? Lebih dari yang mungkin kita pernah alami.

Apakah pengalaman hidup telah membuat Anda begitu putus asa? Mungkin beberapa pengalaman hidup telah melukai Anda sedemikian dalam sehingga Anda ingin berteriak, ”Saya tidak bisa bertahan hidup karena tak seorangpun memahami saya!” Jika demikian liatlah ke kandang. Melalui Natal tahun ini, ingatlah bahwa Yesus memahami Anda. Dia pernah mengalami hal yang sama. Lebih dari itu, Anda sangat berarti bagi-Nya, lebih dari yang bisa Anda bayangkan.

Apakah Anda mengerti betapa pentingnya kandang Natal itu? Kandang adalah simbol kehidupan Yesus yang tidak terlindungi. Ia menjadi monumen atas kemampuan Yesus untuk memahami dan bersimpati terhadap segala situasi yang kita alami. Namun, kita harus rendah hati dan menaruh kepercayaan untuk mencurahkan isi hati kepada-Nya, kemudian mengizinkan Dia untuk mengasihi dan melayani kita, untuk memulihkan kita agar kembali menjadi pribadi yang utuh.

(3) Palungan: Yang biasa menjadi luar biasa

Atur kembali fokus Anda tepat di palungan. Jangan berpikir bahwa palungan ini seperti buatan abad pertama–perbedaannya terlalu jauh. Sebuah palungan tidak lebih dari sekadar bak makanan untuk hewan ternak. Tak lebih dari sebuah perangkat pertanian yang buatannya kasar dan sangat sederhana.

Jika dipikir-pikir, satu-satunya alasan mengapa orang terbiasa mendengar istilah palungan adalah karena Alkitab mengatakan bahwa Putra Allah dibaringkan di sana, kalau tidak ada kutipan ini, kita sama sekali tidak bisa membayangkan benda seperti apakah palungan itu. Tetapi karena Putra Allah dibaringkan dalam sebuah palungan, lihatlah apa yang terjadi pada perangkat pertanian itu. Tiba-tiba palungan mendapat perhatian lebih, sering diucapkan di dalam rumah, tidak hanya di ladang pertanian. Yang biasa menjadi luar biasa. Bak makanan untuk ternak telah menjadi buaian bagi raja–suatu transformasi yang eksponensial.

Lihatlah palungan itu. Palungan adalah simbol dari apa yang dapat terjadi pada pria atau wanita biasa ketika Yesus Kristus berdiam di dalam dirinya. Ini menjadi simbol bagi apa yang telah terjadi kepada ribuan orang di seluruh dunia–orang-orang biasa, orang desa atau pinggiran kota yang sederhana di sini, di sana, di manapun. Orang-orang itu bekerja, berpikir, bertindak, berhubungan dengan orang lain sampai suatu ketika orang-orang biasa ini melihat diri mereka apa adanya–para pelanggar hukum di mata Allah. Mereka melihat diri mereka sebagai pendosa.

Mereka mulai menyadari bahwa mereka tidak dapat mengubah sejarah masa lalu, dan berdiri sebagai terdakwa bersalah di hari penghakiman. Pertama, mereka berlutut dalam penyesalan. ”Ya Allah, aku tahu siapa diriku. Aku tahu kekudusan-Mu, dan aku tahu aku telah mengecewakan-Mu. Aku menyesal. Tuhan, dalam penyesalan aku bersujud!” Kedua, mereka berlutut untuk memohon kasih anugerah. Mereka memohon kasih karunia yang hanya dapat diberikan Allah melalui Putra-Nya, Sang Bayi Natal, yang dilahirkan untuk mati bagi dosa-dosa manusia. Ketiga, mereka berlutut menyembah Kristus ketika menyadari keselamatan adalah anugerah cuma-cuma.

Sama seperti bak makanan ternak yang menjadi buaian Sang Raja, seorang pria atau wanita yang biasa-biasa saja dapat menjadi luar biasa melalui tanggapan yang mereka berikan kepada Allah. Jika sebelumnya ia adalah seorang pria yang hanya menyenangkan manusia, sekarang ia berkonsentrasi untuk menyenangkan Allah. Kalau sebelumnya ia adalah wanita yang hanya memikirkan diri sendiri, sekarang ia akan menjadi luar biasa dalam mengasihi orang lain, dalam kesungguhan, kemurahan hati, kelemahlembutan dan kemurnian. Demikianlah Allah melakukan hal yang sama kepada manusia seperti yang Yesus lakukan pada palungan. Dia membuat sesuatu yang biasa menjadi luar biasa. Bagaimana dengan Anda? Apakah akan mengizinkan Yesus melakukan perubahan dalam hidup Anda, jika Dia belum melakukannya?

Kemana pun Anda pergi saat Natal, akan melihat pemandangan Natal. Ketika Anda melihatnya di jalan, di mal-mal, lihatlah bintangnya. Allah menyediakan pemandu jalan bagi orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Allah. Lihatlah kandangnya. Jangan pernah lupa bahwa Allah memutuskan untuk tidak melindungi Putra-Nya. Dia membiarkan Yesus mengalami semua yang kita alami sehingga Dia bisa menjadi Penyelamat yang penuh simpati dan memahami kita. Lihatlah palungannya, perangkat sederhana peternakan telah diubah menjadi buaian seorang Raja. Pilihan sederhana: Anda melihat pemandangan Natal lalu berlalu begitu saja atau dapat berlutut dalam penyesalan lalu masuk dalam penyembahan. Mana yang Anda pilih untuk Natal tahun ini? (mlz)

Minggu, 21 Desember 2008

Natal, Momen Penuh Makna (Bagian I)

Natal adalah peristiwa tentang seorang bayi yang dilahirkan di sebuah kandang yang mengubah dunia selamanya. Berikut merupakan kutipan dari buku Natal, Momen Penuh Makna, sebuah buku yang menyentuh saya, mengajarkan arti Natal bagi saya.

Buku ini merupakan perpaduan dari beberapa penulis, antara lain John Maxwell (Ketika Anda Mengikuti Bintang dan Hanya Menemukan Sebuah Kandang), Rick Warren (Apa yang Akan Anda Temukan Saat Natal) dan Jack Hayford (Saya mengucapkan “Mary Christmas”). Kali ini, saya akan mengutip yang pertama. Postingan berikutnya akan menyusul, hehehe...
*****

Ketika Anda Mengikuti Bintang dan Hanya Menemukan Sebuah Kandang
John Maxwell

Dalam Matius 2, kita membaca kisah para orang majus yang berkelana mengikuti bintang. Bagian yang paling indah dari kisah Natal mengenai orang-orang Majus adalah yang mereka lakukan ketika sampai di kandang. Melalui tindakan merka ada 3 hal yang diajarkan pada kita. John Maxwell yakin semua orang bijak melakukan ketiga hal ini ketika mreka sampai di sebuah kandang–suatu tempat atau situasi yang tidak seperti yang mereka harapkan.

(1) Ketika orang bijak menemukan sebuah kandang, mereka mencari Allah

Ketika orang bijak dari sepanjang zaman menemui situasi yang sulit, meraka tidak menjadi panik karena persoalan yang dihadapinya. Sebaliknya, mereka berkata dengan tenang, ”Allah ada dalam kandang kehidupan ini. Ada beberapa hal yang dapat saya pelajari dari situasi ini. Saya akan tetap tenang karena Allah di sini.”

Orang Kristiani yang kuat selalu melihat Allah, baik waktu susah maupun senang. Orang percaya yang dewasa melihat Allah tidak hanya dalam kesenangan dan di istana kerajaan, melainkan juga di pekarangan dan bahkan kandang kehidupan.

Lihatlah Yusuf, seorang yang amat bijak. Ia mampu menemukan kebaikan dalam situasi buruk. Ingatkah Anda akan semua kejadian yg dialaminya? Dijual sebagai budak, dikhianati oleh saudara-saudaranya. Di negara lain, ia difitnah ketika menjadi budak di rumah Potifar. Ia mengalami kemunduran demi kemunduran. Namun pada akhirnya Allah mengangkatnya menjadi perdana menteri Mesir. Ketika saudaranya datang kepadanya meminta maaf, apa komentar Yusuf? Ia berkata, “Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan”. Yusuf mampu melihat Allah dalam kandang kehidupan.

Lihatlah Ayub yangg mendapati dirinya duduk di atas tumpukan abu. Ia orang baik yang tidak pernah melakukan kejahatan. Namun ia mengalami penganiayaan, kehilangan keluarganya, kehilangan hartanya, bahkan para sahabatnya menyuruhnya mengutuki Allah, lalu mati. Namun Ayub tidak mengindahkan nasihat mereka. Ia malah berkata, ”Tuhan yg memberi, Tuhan yang mengambil. Terpujilah nama Tuhan!” Ayub mampu melihat Allah dalam kandang kehidupan.

Lihat Daud yang menuliskan Mazmur 23, lihat juga Rasul Paulus yang, walaupun sedang berada di penjara, menulis surat kepada jemaat di FIlipi, memberitakan pesan yang menggembirakan dan meminta meraka bersukacita. Ketika ia sampai di kandang kehidupannya, Paulus mampu melihat Allah di situ.

Perbedaan kristen yang lemah dengan yang kuat adalah: Orang kristen yang lemah hanya melihat kebaikan di dalam Allah. Orang kristen yang kuat melihat Allah baik dalam susah maupun senang.

Di sinilah kuncinya. Anda mungkin sedang dalam perjalanan menuju kandang dalam kehidupan Anda. Anda telah mengikuti bintang dan bintang itu tampak sedemikian indah. Namun tiba-tiba Anda bertanya, ”Apa benar ini yang saya dapatkan?” Ingat, orang yang bijak memiliki kemampuan untuk melihat Allah dalam kadang-kandang kehidupan mereka.


(2) Ketika orang bijak menemukan sebuah kandang, mereka mempersembahkan yang terbaik bagi Allah

Namun, kita tidak biasa melakukan ini. Bukannya mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur dalam kandang kehidupan, kita malah sering tergoda untuk menahannya bagi diri sendiri. Kenyataannya, ketika kita menemukan sebuah kandang dan bukan istana, kita sering tergoda untuk menolak memberi apapun, apalagi mempersembahkan yang terbaik

Ketika orang Majus sampai ke kandang, mereka tidak menahan harta milik mereka. Mereka tidak saling melirik dan berkata, ”Kalau kita tidak meninggalkan apa-apa di sini, kita bisa memberikan emas dan kemenyan ini pada Herodes dan keluarganya. Lagipula Ia hanya seorang bayi yang terbaring di sebuah kandang. Tentu saja kita tidak perlu memberikan semua barang mahal kita kepada bayi ini.”


(3) Ketika orang Majus menemukan kandang, mereka mengubah arah tujuan mereka

Pernahkah Anda memiliki pengalaman di kandang yg mengubahkan hidup Anda? John Maxwell menuliskan bahwa dia sering mengalaminya. Di tahun pertamanya menjadi pendeta, dia menunjungi seorang pria nonkristen di rumah sakit. Dia belum pernah bersaksi kepadanya meskipun telah berkunjung 5 kali. Di hadapan pasien itu, John Maxwell berperan sebagai pria yang menyenangkan, sering berdoa bersama, mengutip ayat Alkitab, namun tidak pernah membicarakan masalah nyawanya. Hingga kemudian suatu hari, pria itu meninggal dan istrinya meminta John memimpin upacara pemakaman. Tak lama kemudian, saat pemakaman, hati John tersentak saat memandangi almarhum. Pria yang baru 3 hari lalu bercakap-cakap dengannya telah pergi terhilang selamanya–tanpa harapan akan keselamatan, karena John tidak memiliki kuasa dan urapan untuk bersaksi dalam nama Yesus.

*****

Jika Natal memang bermakna, makna itu adalah seorang bayi–bayi Allah, yang dilahirkan di dalam kandang, yang mengubah dunia selamanya. Ketika sampai ke kandang kehidupan kita, marilah kita bersikap bijaksana dan tidak pernah lupa mencari Allah. Biarlah kita memberi persembahan terbaik bagi-Nya, dan marilah kita mempersilakan Dia mengubah arah hidup kita, memampukan kita untuk menjadi orang-orang hebat seperti yang Allah kehendaki bagi kita. (mlz)

Senin, 15 Desember 2008

Think What Would Jesus Do


Semua manusia ingin dipuaskan cinta, yaitu oleh cinta yang diimpikan sendiri (diciptakan sendiri). Demikian juga halnya dengan ibadah yang sering kita lakukan sehari-hari. Kita cenderung mengikuti apa yang kita impikan/ inginkan sendiri Mengikut Yesus bukanlah hal yang mudah, untuk mengikut Yesus kita harus “bayar harga” (Kolose 2: 6-7). Bayar harga ini dimulai dengan kita terlebih dahulu bertanya: “Apakah yang diijinkan Tuhan untuk kita lakukan?”
Untuk menjawab itu, ada 4K:
1. Kekudusan (Kolose 3: 12)
Karena kita sebagai orang pilihan Tuhan yang telah dikuduskan maka hendaknya kita menjaga kekudusan, dengan mengenakan belas kasihan, dan kekudusan itu juga harus ditunjukkan melalui:
Kebenaran (Galatia 4:16)
Kita harus condong kepada kebenaran, dengan cara mau menegur orang lain untuk memberitahukan apa yang benar. Kita juga harus berani untuk menyatakan bahwa diri kita salah dan perbaiki kesalahan dan bagikan serta tanamkan kebenaran tersebut kepada orang sekitar kita.

2. Kasih
· Tuhan Allah adalah yang paling utama
· Orang lain lebih utama dari diri sendiri
· Tanggung jawab yang diberikan adalah focus kita yang utama
Kasih adalah yang tertinggi, tanpa kasih segala sesuatu adalah sia-sia, diwujudkan dengan mau menjadi “budak”, dimana lewat diri kita orang lain bisa melayani Tuhan.
3. Kuasa (Yohanes 1: 12)
Sebagai anak kita hanya punya kuasa jika Bapa kita memberikan pada kita. Posisi kita adalah sebagai anak Allah, anak pemegang kuasa yang terbesar di dunia. Oleh karena itu, kita punya kewajiban untuk mencerminkan dan menjaga nama baik Allah.
Allah memberi kuasa pada kita:
· Untuk memberitakan Injil
· Sebagai ahli waris
· Menyatakan kekalahan si jahat
· Hidup sepadan sesuai sifat Allah
· Menaklukan bumi
4. Kekekalan
· Jangan khawatir akan segala sesuatu
· Tidak stress
Jika kita lakukan 4k, maka akan banyak orang di sekitar bahkan diri kita sendiri akan mirip seperti Tuhan dan pada akhirnya kita bisa mengubah seluruh dunia ini.

Kolose 3 :10

Jumat, 28 November 2008
-Jo (SBM'06)-

Rabu, 10 Desember 2008

Lari Maraton

Maraton adalah salah satu cabang olahraga atletik yang amat terkenal. Tidak seperti lari 100 meter atau 400 meter, setiap peserta maraton wajib menempuh lebih dari satu kilometer untuk memenangkan pertandingan. Sungguh suatu jarak yang jauh dan membutuhkan stamina kuat untuk tetap berlari!
 
Ada beberapa tips dalam berlari jarak jauh:
  1. jangan gugup, tenangkan diri dahulu dengan mengambil nafas panjang-panjang;
  2. persiapkan peralatan yang akan kau gunakan dalam perlombaan dengan baik;
  3. jangan minum atau makan terlalu banyak sebelum pertandingan dimulai;
  4. mulailah posisi start dengan baik, karena akan menentukan langkah pertama yang diambil;
  5. jangan terlalu terburu nafsu untuk menyusul orang-orang, jaga stamina dan berlarilah dengan stabil;
  6. bertekunlah berlari, jangan pernah melambatkan kecepatan atau berjalan;
  7. arahkan pandangan ke tempat finish dan ‘hadiahnya’, sehingga kau termotivasi karenanya;
  8. atur nafasmu baik-baik, jangan bernafas dengan menggunakan mulut karena akan mengakibatkan tenggorokanmu kering sehingga mengganggu pernafasan;
  9. setelah hampir sampai di tempat finish, kencangkan larimu; dan
  10. bersoraklah dengan sekuat tenaga saat akhirnya kau berhasil mencapai garis finish!
Suatu hal yang tidak mudah untuk diterapkan, banyak sekali aturan dan tips ini-itu hanya untuk ‘berlari’. Tetapi kita bisa melihat persamaan antara maraton dan ‘pertandingan iman’ yang disebutkan Rasul Paulus. Rasul Paulus menyuruh kita untuk berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita (Ibr 12:1). Kita berlomba, kita berlari. Paulus menyuruh kita bertekun dalam iman, mengapa? Karena biasanya orang-orang memulai posisi ‘start’ dengan ‘kecepatan penuh’ dan tidak memiliki stamina yang baik akan memelankan ‘larinya’. Jika kita bertekun, walau lambat dan tahu takkan jadi juara, paling tidak kita akan mencapai garis finish dengan perasaan bangga.

Poin ke-6 penting untuk mendorong kita untuk maju dan terus berlari. Dalam perlombaan iman, Rasul Paulus mengajukan satu tip supaya kita tetap memelihara iman kita, yaitu "Melakukan pertandingan iman dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan." (Ibr 12:2). Garis finish kita adalah Yesus, dan hadiah yang akan kita dapatkan setelah perlombaan usai dan mencapai garis finish adalah ‘kesempurnaan’ (ayat 2). Bukankah dengan dua hal itu kita akan termotivasi untuk terus ‘berlari’? ‘Mata yang tertuju pada Yesus’ sangat penting karena di garis finish, Yesus sedang menyemangati kita, meneriakkan yel-yel dan di belakang-Nya ada selegiun malaikat sedang menari pom-pom untukmu. Setelah melihat Dia, yang begitu semangatnya menyemangati kita untuk terus berlari, apakah kita akan berlambat-lambat dan menghentikan laju lari kita?

(vin)

Selasa, 09 Desember 2008

Christmas–What's That?



(vin)

The Real Watcher

Pernah suatu ketika, yayasan SMA saya dulu mengadakan suatu acara pertunjukan seni besar-besaran dan saya ditunjuk untuk melakukan atraksi bersama kelompok dalam acara tersebut. Acara itu bertempat di Sabuga, balairung ITB dengan kapasitas penonton lebih dari 1000 orang–dengan kata lain ini pertunjukan besar saya yang pertama dan terakhir di SMA–and I promise to do my best walaupun durasi pertunjukan sebenarnya yang akan saya tampilkan paling-paling hanya 1 menitan. Karena acara berlangsung selama 2 hari dengan tiga kali pertunjukan, maka saya terus berlatih dan berlatih keras untuk menampilkan gerakan sesempurna mungkin (paling tidak enggak malu-maluin di atas panggung, deh).


Ketika pertunjukan pertama selesai dan saya telah memberikan sebagus yang saya bisa pada waktu itu, saya menanyakan komentar teman yang menonton. Dan yang paling membuat saya shock adalah bahwa dia sama sekali tidak tahu saya di mana menampilkan apa dan mengapa saya di sana (karena sebenarnya anak kelas 3 SMA tidak boleh ikut karena harus fokus pada ujian). Jadi selain buat menambah jumlah pemain dalam atraksi, buat apa saya perform gila-gilaan di atas panggung sana–karena saya sama sekali tak dilihat? Lain halnya kalau saya perform solo, mungkin semua mata akan memandang pada saya, tapi...dalam kelompok yang perform kurang dari 1 menit? I don't think so. Lagipula enggak ada yang nyadar atraksi apa yang saya lakukan kecuali bagi orang-orang yang mengerti benar saya sedang melakukan apa.


Pertunjukan kedua berlangsung mengerikan. Mental saya sudah down dan mulai berpikir "Ah, kalau nggak ada yang nyadar sih kesalahan kecil-kecilan enggak apa lah!" Betul. Saya sendiri merasa apa yang saya lakukan di atas panggung pada sesi kedua benar-benar asal-asalan. Saya melakukan banyak kesalahan (tempo salah, gerakan akhir salah–walau memang enggak ada yang nyadar kecuali diri sendiri). Ketika sesi kedua usai, saya ditanya oleh rekan kelompok kenapa saya yang SMA kelas 3 mau-maunya ikut pertunjukan padahal teman-teman saya yang lain sedang enak-enaknya libur? Saya tertegun. "Oh iya, ya? Bodoh banget nggak pernah tanya… sebenarnya BUAT APA saya di sini? Saya bisa enak-enakan tidur di rumah daripada latihan melulu dan menguras tenaga, waktu!"

Tapi, saya mendapatkan jawabannya waktu giliran kelompok kami untuk tampil pada sesi terakhir. Rekan senior saya memberikan semangat kalau ini adalah pertunjukan terakhir dan kita harus melakukan yang paling baik untuk yang terakhir! Pelatih menyuruhku untuk berdoa bersama demi suksesnya penampilan terakhir kami. Pertama saya bingung karena biasanya yang berdoa adalah para senior. Tapi saya mengangguk menyetujuinya. “...dan Tuhan, berkati kami di atas panggung, supaya apa yang telah kami latih selama ini tidak sia-sia… dan segala kemuliaan adalah untuk-Mu saja! Amin!”


Ya. Itulah jawaban yang saya dapatkan pada detik-detik sebelum pertunjukan terakhir saya di SMA. Untuk apa saya ada di sana? Untuk Tuhan! Bukan untuk dilihat manusia. Orang bisa tidak sadar kalau saya ada di hadapan mereka–di panggung–tapi saya tahu ada Pribadi yang selalu memperhatikan saya setiap kali saya berdiri di hadapan-Nya. Ialah yang melihat saya dari awal sampai akhir, dari tiap gerakan yang saya buat, dari apa yang telah saya persiapkan, latih, dan berikan–semuanya! Dan untuk satu Penonton yang seperti itu, masa saya tidak melakukan yang paling baik?


Saya tidak peduli penonton mau berkomentar apa, tapi yang penting, ketika pertunjukan usai dan saya telah melakukan yang terbaik, saya akan melihat Seseorang di bangku penonton melakukan standing applause dengan wajah penuh senyum, untuk saya.


Apa yang didapat dari cerita ini? Perhatikan bahwa Ia melihat apa-apa yang kita kerjakan, baik yang sederhana, tidak penting, penting, atau amat penting. Ia melihat kita ketika kita berlatih, bermalas-malasan, atau asal-asalan. Ia tidak melihat hanya ketika kita melayani-Nya di gereja. Ia pun melihat perjuangan kita ketika kita menyiapkan bahan untuk dikhotbahkan, menyiapkan lagu-lagu yang akan dinyanyikan, senyum ketika kita menyalami orang yang hendak masuk ke ruang kebaktian, melakukan kolektan, bahkan di luar pelayanan gereja seperti belajar sebelum ujian dan ketika mengisi lembar jawab ujian. Ia melihat. Ia memperhatikan. Jadi, apa yang akan kita tampilkan? Yang terburuk? Yang terbaik?


Saya percaya kalau kita telah menampilkan yang terbaik dari diri kita untuk-Nya, maka Ia akan melakukan standing applause dengan wajah berseri-seri untuk kita! God smiles for us. (vin)