Jumat, 31 Desember 2010

Revolusi Tahun Baru

     Halo, Jemaat. Ini adalah posting terakhir blog ini di tahun 2010. Posting ini sekaligus posting terakhir di blog ini. Mulai tahun depan, kita akan punya domain baru di pmk.itb.ac.id (belum jadi, jangan diliat dulu, fufufu). Well, kita harus rela meninggalkan yang lama demi mendapat yang lebih baik, bukan?
     Jadi, hari ini adalah hari terakhir di tahun ini. Ada yang merayakannya dengan main terompet, makan bersama keluarga, berdoa, ibadah tutup tahun, bahkan "merayakannya" dengan tidur. Siapkah kamu memulai tahun depan? Adakah misi yang gagal kamu jalankan di tahun 2010? Yow, apapun yang terjadi di tahun lalu, mulailah Tahun Baru dengan ayat-ayat Alkitab ini sebagai pembimbing kamu. Semoga ini bisa menginspirasi perjalanan kamu di 2011 nanti, agar kita tetap berjalan dalam Tuhan, dan bisa lebih menghidupi kehidupan kita sebagai seorang Kristen. :D

Tahun Baru - Lahir Baru
    * 1 Petrus 1:3
    * Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,

Harapan untuk Masa Depan
    * Yeremia 29:11
    * Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

Ciptaan Baru
    * 2 Korintus 5:17
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Hati yang Baru
    Yehezkiel 36:25-27
Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya 

Lupakan Masa Lalu
    * Filipi 3:13-14
Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,

Belajar dari Kesalahan
    * Hebrews 12:10-11
Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.

Tunggu Tuhan Bertindak
    * Mazmur 37:7
Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia; jangan marah karena orang yang berhasil dalam hidupnya, karena orang yang melakukan tipu daya.

    * Yesaya 40:31
Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

Waktu Tuhan Adalah yang Terbaik
    * Pengkhotbah 3:11
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

Setiap Hari Adalah Istimewa
    * Ratapan 3:22-24
Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.

Siap untuk menghadapi Tahun Baru? Ciptakan revolusi, bukan hanya resolusi. :)
Tuhan memberkati!

Sabtu, 04 Desember 2010

Natal PMK ITB

PMK ITB akan mengadakan perayaan Natal, tanggal 10 Desember 2010, di Aula Barat ITB. Perayaan Natal kali ini mengundang anak-anak Panti Asuhan Bala Keselamatan. Perayaan ini terbuka untuk umum looh. Kami mengajak jemaat untuk membawa apa yang mereka ingin berikan pada teman-teman panti kita. Apa aja yang bisa diberikan? Semuanya. Semua yang pernah kita inginkan sebagai hadiah Natal, itulah yang akan kita berikan pada mereka.

Minggu, 14 November 2010

Menjadi Lebih dari yang Kita Impikan

Banyak orang yang berkata bahwa seseorang tidak harus menjadi sarjana agar dapat menghasilkan uang banyak. Mendengar hal itu kadang memupuskan semangat belajar kita sebagai mahasiswa. Tetapi lihat para sarjana yang telah berhasil menyelesaikan kuliah. Pikiran mereka begitu terasah karena mereka dibiasakan untuk selalu belajar dan menyelesaikan berbagai masalah dengan pola pikir mereka yang bertumbuh selama masa kuliah, bahkan masalah yang sebelumnya belum pernah ada. Orang-orang semacam inilah yang akan dipakai Tuhan. Tuhan tidak akan menggunakan orang-orang yang berpikiran tumpul untuk melakukan perkara-perkara yang besar, namun orang-orang cerdas.

Kita juga harus memiliki visi, mimpi, atau bisa kita sebut impian. Firman Tuhan mengatakan bahwa Yusuf, yang awal mulanya hanya seorang gembala, mampu menjadi salah seorang pemimpin yang besar di Mesir. Ini semua berawal dari mimpi-mimpi Yusuf. Ia melihat bahwa dirinya akan menjadi seseorang yang besar! Mimpi ini membuatnya dibenci saudara-saudaranya, sehingga ia dijual sebagai budak ke Mesir oleh mereka. Tetapi lihat apa yang dilakukan Tuhan kepada Yusuf sewaktu di Mesir. Ia telah membuat Yusuf menjadi salah seorang andalan Firaun, menjadi orang penting dalam pemerintahan Mesir. Mimpinya telah menjadi kenyataan!

Tuhan tidak hanya mampu membuat kita menjadi seperti yang telah kita impikan namun juga dapat membuat kita menjadi “lebih” dari yang kita impikan. Efesus 3:20 berkata, “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.” Namun bagaimanakah caranya? Roma 12:1-2 berkata, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”

Jadi, kita dapat menjadi “lebih” dari yang telah kita impikan dengan menyamakan kehendak kita dengan kehendak Tuhan. Lakukanlah sesuatu yang benar, yang mulia, dan yang suci, sesuai dengan kehendak-Nya, niscaya Tuhan akan melakukan perkara yang besar pada diri kita dan bersama-sama dengan kita.

Kamis, 04 November 2010

Home? Outside?

"Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian."
(Efesus 6:1)

Bagaimana hidup kita di dalam dan di luar rumah? Apakah kita terlihat baik di luar saja? Sebagai mahasiswa yang berintegritas, kita harus menunjukkan diri apa adanya. Memiliki hidup yang transparan artinya tidak ada perbedaan di dalam atau di luar rumah.

Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang tema kita, mari kita pahami konteks surat Paulus kepada jemaat Efesus. Efesus terdiri dari 6 pasal dan surat ini merupakan rencana Tuhan kepada anak-anak-Nya.
Efesus 1-3 menjelaskan bagaimana kita ditebus Allah. Ada 3 tahap yaitu:

1.      Diselamatkan (Efesus 2:1-10)
Tuhan menyelamatkan kita karena ini merupakan awal rencana Tuhan. Keselamatan yang kita terima adalah anugerah. Keselamatan dapat kita peroleh, saat dosa kita sudah dihapuskan oleh darah Kristus.
2.      Disatukan (Efesus 2:14)
Tuhan sudah mempersatukan kita dengan Bapa. Dengan darah Kristus (Efesus 2:13), tembok pemisah telah dirubuhkan (Efesus 2:14), sehingga kita menjadi kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah (Efesus 2:19).
3.      Diutus (Efesus 3:10-11)
Kita diutus keluar untuk menyatakan Tuhan. Seperti tugas gereja, eklesia yang artinya dipanggil keluar.

Efesus 4-6 berisi tentang arahan praktis gereja, bagaimana hidup sebagai umat yang sudah ditebus, baik pribadi maupun dalam hidup bersama.

Kembali membahas tema kita. Dalam Efesus 6:1-4, ada 3 bagian yang dapat kita temukan, yaitu:
1.      Taat di dalam Tuhan (Efesus 6:1)
2.      Perintah yang penting (Efesus 6:2)
3.      Janganlah bangkitkan amarah (Efesus 6:4)

Kita sebagai anak mendapat perintah dari Tuhan, begitu juga orang tua kita. Kita harus taat dan hormat kepada orang tua kita, karena itu merupakan kewajiban. Orang tua kita juga diperintahkan Allah untuk tidak membangkitkan amarah dan mendidik kita dalam dalam ajaran Tuhan. Integeritas hidup dalam keluarga adalah buah dari pertumbuhan rohani kita. Dalam melakukan perintah-Nya, ingatlah itu adalah tujuan penebusan kita, yaitu "menjadikan Kristus sebagai kepala."

Jadi kalau hubungan kita dengan orang tua kita kurang baik, ampuni mereka. Berubahlah dengan pertolongan Tuhan.
GBU all...

Senin, 25 Oktober 2010

Pemimpin Berintegritas

(Filipi 4: 9)

Integritas (integrity) adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam keadaan yang sulit untuk melakukan ini. Dengan kata lain, “satunya kata dengan perbuatan”. Mengomunikasikan maksud, ide dan perasaan secara terbuka, jujur,  dan langsung sekalipun dalam negosiasi yang sulit dengan pihak lain. Terdapat empat contoh wujud dari integritas, yaitu: lurus, tulus, jujur dan dapat diandalkan.

Tentu saja semua wujud dari integritas ini ada dalam Yesus. Dan hal yang perlu kita lakukan sebagai anak Tuhan tentu saja adalah meneladani hidup Bapa kita ini (Filipi 4:9). Untuk menjadi pemimpin yang memiliki integritas, ada 4 hal utama yang harus kita imani:

1.      Kristus sebagai model
Model bukan berarti layaknya model dunia yang memperagakan busana seperti di televisi loh :p, tapi yang dimaksudkan dengan Kristus sebagai model adalah kita menjadikan Kristus sebagai model atau pedoman kita dalam menjalani hidup. Kristuslah sebagai panutan dan tolak ukur kita dalam melakukan sesuatu hal.

2.      Injil sebagai dasar
Layaknya memiliki dasar negara yaitu pancasila, yang menjadikan Indonesia berpegang pada pancasila demikian juga kita harus menjadikan injil sebagai dasar dan kita harus berpegang padanya.

3.      Tubuh Kristus sebagai tujuan panggilan
Kita sebagai anak Tuhan memiliki panggilan untuk melayani Tuhan dan sesama kita dengan tubuh kristus sebagai tujuan panggilan kita.

4.      Kehidupan menyerupai Kristus
Dari beberapa hal yang telah dibahas diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hal yang perlu dilakukan untuk menjadi pemimpin berintegritas adalah memiliki kehidupan menyerupai Kristus dan berpegang pada firman-Nya.

Integritas bukan hal yang tidak mungkin untuk kita capai. Yang dibutuhkan adalah kerja keras dan doa agar Tuhan memberikan Roh Kudus turun atas kita sehingga kita dapat memiliki sikap integritas tersebut dalam diri kita. Jadi, sudah tahu apa yang harus dilakukan sekarang?? :) :)

Rabu, 20 Oktober 2010

Pelayan Cap Jempol

Oleh Kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.”
(2 Korintus 4:1)

Untuk menjadi pemimpin sejati, seseorang tidak cukup hanya memiliki kharisma dan kecakapan dalam memimpin orang di bawah pimpinanya. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang melayani, bukan dilayani. Begitu juga dengan konsep pelayanan Kristen yang berdasar pada kekekalan. Pelayanan kita lakukan karena kita ciptaan Allah.


Pelayanan berdasarkan Perjanjian Baru mencakup 2 hal:
Doulos
,
yang artinya budak. Hidup kita diatur oleh Tuhan, menjadi budak Tuhan. Pada Efesus 2 10, Tuhan sudah menyiapkan pekerjaan buat kita sebelum kita lahir.
Diakonio
,
yang artinya pelayan. Di mana tugas kita melayani untuk orang lain. Pada 1 Petrus 4:10 terkandung arti bahwa, pertama, kita semua diciptakan Tuhan mempunyai karunia atau talenta, yang Tuhan berikan sesuai dengan kehendak-Nya. Kedua, Ayat ini merupakan perintah langsung: “Layanilah seorang akan yang lain.”
            Bagaimana pelayanan yang berintegritas? Apa kita sudah melayani sesuai dengan firman Tuhan? Karena pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan dasar pelayanan Kristen. Pelayanan yang sesuai firman Tuhan: 
Tidak tawar hati di tengah pergunjingan
Kita melayani Tuhan merupakan karunia dari Tuhan, bukan dengan kekuatan kita. Ada Roh Tuhan yang menghidupkan pelayanan yang kita lakukan. Namun, sebelum kita melayani, kita harus menerima Tuhan sebagiai Juru selamat karena kita sudah mendapatkan hidup sejati. Oleh karena itu, bangun hubungan spiritual dengan Tuhan dan miliki relasi yang intim dengan Tuhan. Maka kita akan memiliki dorongan dari dalam batin untuk melayani Tuhan. 
Melayani bukan untuk diri sendiri
Seperti yang tertulis pada 2 Korintus 4:7, Yohanes menganggap dirinya sebagai tanah liat yang akan dibentuk menjadi bejana. Tanah liat merupakan bahan yang rapuh dan mudah pecah. Yohanes menganggap dirinya lemah di hadapan Tuhan. Tuhan juga mengizinkan kita mengalami saat-saat lemah supaya kita bersandar kepada Tuhan. Di mana kita menyadari kelemahan kita, kita akan merendahkan diri, intropeksi diri kita di hadapan Tuhan.
Penutup, Matius 6: 1 dan 4 
Setialah melayani Tuhan, karena kita hidup di hadapan Allah, jangan kita melayani supaya dilihat orang. Mari kita melayani Tuhan karena kita sadar betapa baiknya Tuhan dalam hidup kita.
GBU all...

Selasa, 12 Oktober 2010

Integritas Daniel

Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.” 
 (Daniel 1:8)

Pada jaman sekarang, teknologi kian berkembang pesat, menyebabkan manusia untuk memperoleh kemudahan-kemudahan yang tidak bisa didapatkan pada 5 atau 10 tahun ke belakang. Tapi kemudahan-kemudahan tersebut justru menyebabkan manusia kian tak bertanggung jawab. Lihat saja budaya copy-paste yang sering terjadi di kalangan mahasiswa. Dengan bangganya mereka mengatakan bahwa karya copy-paste mereka sebagai karya “orisinil”. Namun begitu pertanggungjawaban diminta, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak mengerti apa yang telah mereka tulis karena karya tersebut tidak mengakar di dalam otak mereka. Mereka tidak memiliki integritas.

Pada jaman Nebukadnezar, empat orang Yehuda dipilih untuk melayani raja di istana, tentunya bukan orang-orang yang sembarangan karena mereka adalah keturunan raja dan kaum bangsawan. Mereka adalah orang-orang yang juga memiliki kemampuan sepuluh kali lebih cerdas daripada orang-orang seangkatannya. Bukan berarti mereka bisa berbuat lebih seenaknya daripada orang-orang biasa tapi justru tanggung jawab mereka lebih besar. Salah satu dari empat orang itu adalah Daniel.

Daniel sebagai orang berintegritas mau bersaksi di dalam istana raja dengan tidak menyantap makanan-makanan lezat a la menu raja, namun ia lebih memilih untuk menyantap sayuran meskipun sayuran tersebut kalah menariknya daripada makanan raja. Ia mau menunjukkan kepada orang-orang yang tidak percaya bahwa Ia tidak mau menajiskan dirinya di hadapan Allah yang berarti pula menunjukkan rasa takutnya pada Allah. Dengan kesaksiannya tersebut, Daniel mendapat karunia Allah berupa kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana.

 Daniel dan ketiga kawannya juga saling berkomunitas agar dapat menjadi terang di dalam istana raja. Mereka saling mengolah diri dan belajar berintegritas serta menjaga integritas tersebut. Mereka bersama-sama bersaksi tentang Allah di dalam istana raja di mana hampir seluruh penghuninya tidak mengenal Allah.

Dari rangkuman khotbah Jumat kali ini ada tiga poin penting mengenai integritas yang dapat kita petik dari tokoh Daniel:
  1. Memiliki kemampuan/dasar untuk berintegritas (berpengetahuan);
  2.  Berani mengambil sikap dan tanggung jawab atas keputusannya;
  3. Mampu menghadapi dan memenuhi tuntutan yang besar.

Demikian rangkuman khotbah Jumat kali ini, semoga bisa menjadi berkat bagi kita semua. Amin.

Rabu, 06 Oktober 2010

Integritas Waktu

“Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, dimana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.”
(Yohanes 9 : 4)

Waktu adalah salah satu bentuk dimensi yang dimiliki oleh setiap orang tanpa terkecuali. Setiap orang memiliki waktu yang sama, 365 hari setahun, 24 jam sehari, 60 menit setiap jam, dan seterusnya. Sehingga, dengan waktu yang dimilikinya, tiap orang dapat melakukan berbagai hal.

·         Beraktivitas
Allah selalu beraktivitas, Ia menciptakan langit dan bumi, Ia yang menciptakan kita, Ia yang mengatur kehidupan semua manusia di dunia ini. Begitu banyak pekerjaan Allah yang dapat kita rasakan. Ia menjadi contoh bagi kita. Sebagai pengikut Allah, kita tidak boleh hanya diam dan tidak melakukan apa-apa. Banyak pekerjaan menanti kita.
·         Berprestasi
Dengan waktu yang tersedia bagi kita, jangan sampai kita menyia-nyiakan karunia yang diberikan Allah. Masih banyak potensi diri yang dapat dikembangkan, sehingga akhirnya membuahkan hasil prestasi yang menyenangkan hati Allah.
·         Menjadi berkat bagi orang lain
Menjadi berkat bukanlah suatu hal yang sulit. Kita bisa menaburkan berkat bagi banyak orang dengan apa yang kita lakukan, apa yang kita katakan, bahkan hanya dengan sebaris kalimat doa.

Sebagai seseorang yang memiliki integritas waktu, kita harus memiliki kejujuran dalam menghargai waktu, memanfaatkan waktu dengan baik, dan mengatur waktu yang diberikan Tuhan. Mahasiswa dengan segudang kegiatan haruslah mulai bekerja keras, dan membuat skala prioritas agar semua kegiatan dapat terorganisir dengan baik. 

Yang terpenting, kita harus bisa menghargai waktu. Tidak seorangpun yang tahu, kapan kita akan dipanggil Tuhan. Apakah kita sudah hidup sesuai kehendak Allah? Apakah kita sudah menjadi berkat bagi orang lain? Jangan sampai semuanya terlambat. Hidup ini sangat singkat. Oleh karena itu, pergunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya. Jadikanlah hari ini seakan-akan menjadi hari terakhir untuk kita, agar waktu yang diberikan Tuhan dapat kita ubah menjadi sesuatu yang berharga bagi diri kita, orang lain, dan terutama bagi Allah sendiri. Tuhan memberkati. :)

Sabtu, 11 September 2010

The Pursuit of Holiness


”Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?”
(Roma 6 : 1-2)

Dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai mahasiswa, ada banyak hal yang membuat kita benar-benar jauh dari kata ‘kudus’. Bolos kuliah, malas mengerjakan tugas, menyontek saat UTS, mengeluh ini-itu, pornografi, dan lain-lain. Cobaan-cobaan semacam ini sangat sulit untuk dihindari, apalagi kalau sudah menjadi suatu kebiasaan. Karena itulah, melalui jumatan minggu ini kita diajak untuk merenungkan tema mengejar kekudusan.
Dalam ayat penuntun yang diambil dari Roma 6:1-2, dapat diambil 2 kata penting. Yang pertama, sempurna. Sempurna berarti tidak berdosa, tidak bercela. Dalam Roma 3:10 dikatakan bahwa tidak ada seorangpun yang benar. Tidak ada manusia yang sempurna. Padahal awalnya manusia diciptakan sempurna serupa dengan gambar Allah. Yang menyebabkan manusia menjadi tidak sempurna adalah saat manusia jatuh ke dalam dosa. Namun, kesempurnaan tersebut masih bisa kita dapatkan kembali, melalui iman kita akan Yesus Kristus yang telah mati menebus dosa kita. Kekudusan Bapa telah melingkupi kita, dan yang menjadi pertanyaan buat kita adalah, apakah kita sudah tinggal dalam kekudusan itu?
Kata yang kedua ialah Yesus. Yesus merupakan sosok yang benar-benar sempurna. Dia kudus. Kudus berarti suci, bersih. Dalam Ibrani 4:15 dikatakan bahwa Yesus sama dengan kita, Dia juga pernah dicobai. Hanya saja, Dia tidak berdosa. Dia tetap kudus. Berbeda dengan manusia, jika kita mendapat pencobaan, seringkali kita jatuh terjerumus ke dalam dosa.

Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang untuk mendapatkan kembali kekudusan itu? Kita harus tinggal menetap di dalam kekudusan Tuhan. Buatlah keputusan saat ini juga, katakan tidak untuk dosa, dan katakan ya untuk kudus! Mulailah menaburkan terang Kristus ke sekeliling kita melalui segala pikiran, perkataan, dan tindakan kita. Ingat, bukan mustahil untuk menjadi kudus. Mari kita mulai mengejar kekudusan! Tuhan memberkati. J

Minggu, 09 Mei 2010

Hidupku Kesaksianku

Yesaya 61:3-4
Apakah kita merasa sebagai orang Kristen?
Sudahkah orang-orang sekitar kita mengetahuinya?
Apa bukti kekristenan kita?



Dapatkah kita menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas? Atau kita hanya dapat menjawab 1, atau 2 saja? Atau, kita bingung bagaimana menjawabnya?
Kekristenan itu lebih dari sekedar memiliki KTP berstatus agama Kristen. Bukan sekedar memakai kalung salib ke manapun kita pergi. Bukan juga dengan setiap hari membaca Alkitab, bahkan menghapal semua ayat di Alkitab.

Saat ini dapat dikatakan kekristenan telah kehilangan jati dirinya. Mengapa dapat dikatakan demikian? Coba saja kita lihat, di dunia public figure kita, misalnya saja artis-artis. Perceraian, kasus hamil di luar nikah, narkoba, kerap mewarnai dunia artis. Yang tak dapat disangkal, beberapa dari mereka berstatus Kristen. Di gereja, majelis jemaat terlibat korupsi,bahkan menurut kisah dari pembicara kita, Mas Lukas, ada seseorang yang tidak mau pergi ke gereja, karena dia mengenali majelis jemaat di gereja itu,yang ternyata sering bermain judi bersama-sama. Bagaimana orang tersebut dapat percaya, bila kita sendiri tidaklah memberikan kesaksian melalui hidup kita?

Penyebabnya adalah, gereja yang sekarang telah mapan, kehilangan hakikat penyelamatan. Sekarang ini keselamatan itu seolah-olah bagaikan ‘tiket’ menuju ke Surga yang berarti kekekalan dan kebahagiaan. Padahal, akibat tiket itu, kita pindah dari ‘warga kerajaan dunia’ ke ‘warga kerajaan Allah’. Itu berarti, tugas kita semakin besar, karena bukan hanya perubahan status yang terjadi, tapi juga membawa konsekuensi pada hidup kita.


Matius 5:13-16
Allah menyatakan, kita adalah ‘garam’ dan ‘terang’, bukan memerintahkan kita agar menjadi ‘garam’ dan ‘terang’. Secara ‘default’, jati diri sebagai ‘garam’ dan ‘terang’ sudah tertanam dalam diri kita. Jati diri kita yang sejati, yang merupakan anugerah Allah, bukan usaha manusia, tidaklah pantas diwarnai dengan kesombongan, apalagi kita main-main dan menyia-nyiakannya. Kita dipanggil untuk berbeda dengan dunia. Bila kita merasa nyaman dengan apa yang ada dalam diri kita sekarang, mungkin kita telah menjadi sama dengan ‘dunia’.

Garam : pengawet, mencegah kebusukan, sebagai bumbu
Terang : menelanjangi kegelapan, menunjukkan jalan

Yesus mengajarkan kita, Dia bukan hanya berkotbah, namun juga menyembuhkan dan memberi mujizat, membalikkan pikiran orang farisi yang salah. Yesus telah memiliki peran tersendiri di dunia. Sebagai pengikutNya, kita pun harus menyangkal diri dan mengikut Dia.
Maksudnya, Yesus tidak hanya menyebarkan teori-teori dan menegur yang salah saja, tapi Dia mempraktekkannya pada orang banyak agar berdampak dan menunjukkan kebenaran yang sejati.
Dalam contoh garam dan terang ini, kita bukan hanya mengawetkan, mencegah kebusukan dan menelanjangi kegelapan yang dapat diartikan menegur kesalahan. Kita pun dituntut sebagai bumbu dan petunjuk jalan yang berarti memberikan petunjuk kualitas hidup sejati sesuai dengan yang Allah inginkan yaitu melakukan kebenaran.

Coba kita evaluasi diri, apakah hidup kita sehari-hari telah mencerminkan kehidupan Kristen yang sesungguhnya? Sudahkan kita mencerminkan gambaran Allah dan memberikan kesaksian melalui hidup kita?
Bila tidak, sama saja kita seperti menjadi garam yang tidak lagi asin dan terang yang meredup, hampir mati. Tidak ada gunanya lagi, hidup kita seakan sia-sia. Bahkan mungkin kekristenan kita adalah sesuatu yang diragukan.


Bila daging busuk, jangan salahkan dagingya, tapi mana garamnya?
Bila ruang gelap, jangan salahkan ruangya, tapi mana terangnya?
Bila dunia rusak, jangan salahkan dunianya, tapi mana orang kristennya?
Apakah kita telah menjadi pohon Tarbantin Kebenaran Allah?

Senin, 26 April 2010

Panggilan Hidup cs. Teman Hidup


“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”  (II Korintus 6:14)
Tema Jumatan ini memang sangat pas untuk anak muda. Inilah masalah yang seringkali muncul pada benak anak-anak muda karena keduanya berhubungan dengan masa depan. Bila panggilan hidup dan teman hidup ternyata memiliki hubungan, manakah yang harus kita persiapkan terlebih dahulu? Apakah kita harus mencari dahulu teman hidup kita dan bertumbuh bersama untuk mendapatkan panggilan hidup? Ataukah kita harus mencari dulu masing-masing panggilan hidup kita, baru mencari pasangan hidup kita yang sepanggilan dengan kita?
Ternyata seharusnya kita mencari dahulu panggilan hidup kita, baru memikirkan tentang pasangan hidup. Namun, pada prakteknya yang terjadi adalah kita cenderung mencari dahulu teman hidup, baru memikirkan tentang panggilan hidup kita.
Pada awalnya konsep teman hidup sendiri diawali karena Tuhan melihat manusia pertama hanya seorang diri, maka Allah memberikan pasangan yang sepadan.  Lalu, apakah jodoh itu di tangan Tuhan? Ternyata bukan bergitu. Ini adalah kebebasan yang Allah berikan pada kita untuk memilih, selain pasangan, hidup kita nanti pun dapat kita pilih. Maka, kita janganlah salah pilih. Agar tidak salah pilih pun, kita harus memiliki dasar akan firman Tuhan yang kuat dan harus didasari takut akan Tuhan.
Kita harus ingat, dalam diri seseorang ada 2 hal:
·         Hal yang tidak dapat kita ubah [harus kita terima dengan ucapan syukur dengan apa adanya sebagai pasangan]
·         Hal yang bisa kita ubah dari diri pasangan kita
Kemudian, maksud terang tidak sama dengan gelap dalam ayat ini adalah menerangi kegelapan, bukan berkompromi dengan kegelapan. Terang tidak dapat bersatu dengan kegelapan. Itulah sebabnya Tuhan memberikan kepada kita pasangan yang sepadan. Sepadan berarti seimbang, tidak lebih tinggi maupun lebih rendah dari kita. Dalam mencari teman hidup sendiri, ada 2 kesepadanan yang dapat kita lihat:
·         Sepadan dalam iman kepercayaan
Apakah pasangan kita memiliki Allah yang sama dengan yang kita sembah, dan apakah pasangan kita mengasihi TuhanNya? Itulah hal yang dapat kita lihat sebagai evaluasi apakah seseorang memiliki kesepadanan dalam hal kepercayaan dengan kita.
·         Sepadan dalam hal kedewasaan
Jangan sampai dalam suatu hubungan salah satu pihak memiliki keegoisan yang tinggi/ dapat dikatakan tidak dewasa. Namun, kedewasaan bukanlah dilihat dari usia saja. Kedewasaan dapat dilihat dari cara orang tersebut menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam hidupnya.
Selamat berjuang mencari panggilan hidupmu, dan temukan teman hidup yang ‘sepadan’ serta berkenan di mata Allah.

Kamis, 22 April 2010

Senin, 12 April 2010

Paskah Kita

Hai teman-teman PMK ITB! Walaupun Paskah sudah lewat, tapi semangatnya masih ada di dalam hati kita, 'kan? Tanggal 23 April 2010, di Aula Barat, kami panitia Paskah PMK 2010 akan berusaha menjembatani pembangunan hubungan kita dengan Kristus. Ayat tema Paskah tahun ini diambil dari Filipi 3:10-11.


Oh, dan buat yang tertarik buat kirim du-du (itu lho, yang kolom salam--dari dan untuk) di Sangkakala edisi Paskah ini, hubungi Jessica di 08174169635. Murah kok, cuma Rp 1000/100 karakter. Bisa dibikin anonim juga kok ^_^.

Akhir kata, sampai ketemu di Paskah kita! GBU All!

Rabu, 07 April 2010

Jagalah Kekudusan (Ibrani 12:1-17)


Jagalah Kekudusan (Ibrani 12:1-17)
Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu.”(I Petrus 1:15)
Layaknya sebuah hukum, munculnya KEKUDUSAN dalam hidup kita dapat disebabkan oleh 2 hal:

·         de Jure
Tuhan Allah pencipta kita kudus, maka kita sebagai ciptaan-Nya pun diberi status “kudus”

·         de Facto 
     Secara fakta dan nyata, seharusnya kita segambar dengan Allah kita, kudus. Namun, pada kenyataannya, kita jauh dari kekudusan Allah. Maka ada istilah “kejarlah kekudusan”.

II Timotius 2: 14-26
Setiap seseorang yang akan pergi--apalagi pergi meninggalkan dunia ini--tak jarang akan menyampaikan pesan yang sangat penting. Begitu pula Paulus. Bahkan, dia menulis surat kepada Timotius di dalam penjara Roma. Paulus merasa penting menulis ini agar Timotius kuat menghadapi tantangan-tantangan yang menghadang di depan, yang harus dijalaninya tanpa bantuan Paulus lagi. Tentunya tantangan-tantangan tersebut akan semakin berat, misalnya  ajaran yang menyesatkan, omong kosong yang tidak suci, debat kusir yang mengacaukan orang yang mendengarnya.
Paulus mengajarkan Timotius untuk memberitakan pengajaran dengan kebenaran, dengan cara :
1.    Bertekun dan setia (ayat 11)
2.    Menyucikan diri dari hal yang jahat [dosa dan kenikmatan, perbuatan yang menyimpang] (ayat 21). Allah memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat dan mengenal kebenaran.
Menyucikan diri dapat kita analogikan dengan ilustrasi perabot rumah tangga yang terbuat dari emas dan perak. Perabot tersebut pasti digunakan untuk acara khusus dan pekerjaan yang mulia, dan itulah yang Paulus inginkan terjadi pada Timotius. Maka pada ayat 22 disebutkan Paulus menasihati Timotius untuk menjauhkan diri dari nafsu orang muda (menjaga diri dari dosa, menguduskan diri, nafsu kehormatan dan kedudukan)
Pesan itu pun berlaku untuk kita, meskipun konteksnya tentu berbeda dengan keadaan sekarang.
Beberapa alasan mengapa kita harus hidup kudus, yaitu karena kita:
·         Diampuni dengan ‘cuma-cuma’ oleh Allah
[Roma 6:1-3] bukan berarti karena setelah kita ditebus oleh Allah dan diampuni, kita bebas berbuat dosa lagi.
·         Dipersiapkan untuk pekerjaan mulia
Kita dipersiapkan Allah untuk pekerjaan mulia, maka kita pun harus menyiapkan diri untuk memenuhi persyaratan dalam menyiapkan pekerjaan tersebut.
·         Seharusnya kudus, seperti Allah kita yang kudus
Efesus 2:10 -Kita diciptakan untuk melakukan pekerjaan baik, karena Allah ingin kita hidup dalam pekerjaan tersebut. Meskipun tentunya ada saat-saat berat untuk menghadapinya, kita ditunutut untuk setia.
Meskipun kita belum mengetahui panggilan hidup kita, kita dapat mempersiapkan diri untuk rencana besar yang telah Tuhan rancangkan dengan hidup kudus dalam Tuhan.

Jumat, 02 April 2010

Jual-Beli

Suatu hari, sepulang gereja, seorang pendeta memutuskan untuk jalan-jalan di taman. Waktu jalan-jalan, dia berpapasan dengan seorang anak kecil yang sedang berjalan ke arahnya. Anak kecil itu kumal dan membawa sebuah sangkar burung di tangannya. Sangkar burung itu tampaknya tidak terawat, kotor dan bau; di dalamnya ada tiga ekor burung liar. Pendeta tidak tahu itu burung jenis apa, atau kenapa anak kecil itu menangkap burung-burung itu. Yang dia tahu hanyalah, sepertinya burung-burung itu bukan jenis burung kicau ataupun burung hias, jika dilihat dari bulu-bulu yang kotor dan suara yang kedengarannya biasa-biasa saja.

Penasaran, pendeta itu pun bertanya pada si anak, "Coy, ngapain bawa burung-burung gituan? Buat apa? Mereka bukan burung hias, kan?"

Anak itu nyengir sambil jawab, "Ah, Pak Pendeta. Saya cuma hobi aja nangkepin burung-burung liar dari taman."

"Terus, kalo udah sampe rumah, kamu apain burung-burung itu?" pendeta masih penasaran.

"Saya akan cabutin bulu-bulu mereka!" anak itu menjawab tanpa ekspresi. Pendeta tertegun.

"Saya suka dengar suara mereka waktu saya nyabutin bulu-bulu mereka. Suara burung kecil yang mencicit kesakitan. Hahaha... Saya suka lihat badan mereka yang kehabisan bulu. Biasanya sih kalo lagi mood, saya akan cabutin bulu mereka sampai habis, sampai gundul."

Pendeta itu terdiam sejenak. Dia berusaha mengerti apa yang ada di pikiran anak ini. Kenapa dia begitu menikmati penderitaan makhluk lain? "Lalu, kalo udah gundul, mereka kamu apakan?" pendeta berusaha memahami jalan pikiran anak itu.

"Oh, saya punya dua kucing di rumah, Pak Pen. Biasanya kalo sudah gundul, burung-burung itu saya lemparkan ke kucing saya. Lucu banget waktu liat kucing saya maenin burung-burung itu, sampai akhirnya mereka makan burung-burung itu. Memang kedengarannya sadis sih, tapi saya tidak menyiksa burung kok," anak itu masih nyengir.

"OMG WTF?!" pendeta itu terhenyak. Kenapa ada makhluk seperti ini? Seenaknya saja menyiksa makhluk lain. Pendeta merasa kasihan pada burung-burung itu. "Ah, Nak. Bagaimana kalau burung-burung itu buat Om aja? Kelihatannya asyik tuh buat peliharaan," pendeta berusaha negosiasi dengan anak itu.

"Buat apa, Pak Pen? Mereka kan kotor, bau, dan gak bisa apa-apa. Mereka cuma akan nyusahin Pak Pen aja kalo dijadiin peliharaan."

"Ah, gini deh. Pak Pen akan beli burung-burung itu, gimana?" pendeta itu mencoba merayu anak itu dengan sesuatu yang semua orang suka.

"Hmm... Boleh sih. Tapi 300 ribu ya, hehehehehe..." tiba-tiba iris mata anak itu berubah jadi ijo.

Pendeta itu tidak banyak berpikir. Dia langsung menyerahkan 300 ribu (coba bayangin kalo dibeliin gorengan dapat berapa ekor) ke anak itu. Deal. Sekarang burung-burung itu jadi milik Pak Pendeta. Pendeta meneruskan jalannya ke taman sambil membawa burung-burung itu beserta sangkarnya. Setiba di taman, dia melepaskan burung-burung itu.

"Hmphh..." keluhnya, "Pergilah dan jangan tertangkap lagi. Hiks... Masa buat kalian aku kehilangan 300 ribu sih? Gapapa deh. Itu bentuk kasihku ama kalian." -TAMAT-



Rabu, 31 Maret 2010

Siklus Tahunan Sebuah Alkitab

JANUARI
Saat-saat yang bikin aku capek. Sebagian besar anggota keluarga memutuskan untuk menamatkanku dalam tahun ini. Hahaha... Khotbah Pak Pendeta saat ibadah awal tahun kemarin benar-benar mengena di hati mereka, apalagi Mira dan Tia. Mereka benar-benar membuatku sibuk selama 3 minggu pertama, namun sekarang mereka sudah melupakan aku. Ah, syukurlah, aku bisa istirahat beberapa hari.

FEBRUARI
Waktu pembersihan. Kemarin aku dilap dan dikembalikan ke rak buku, ditempatkan di dekat hiasan salib dari karton. Minggu lalu, Ayah membuka halaman-halamanku selama beberapa menit. Ia bertengkar dengan seseorang dan mencari-cari beberapa ayat acuan untuk membuktikan bahwa dirinya benar. Hmm...

MARET
Aku sibuk sekali pada tanggal 20 bulan ini. Ibu, sebagai ketua regu choir, diminta memberi sambutan dalam sebuah acara di gereja. Sepulang acara itu, ada sebuah pembatas Alkitab cantik yang menemaniku.

APRIL
Kakek datang! ^_^ Ia memangku aku selama setengah jam untuk membaca 1 Korintus 13. Tampaknya ia lebih mempedulikanku daripada orang-orang lain di rumah ini.

MEI
Ada beberapa noda kehijau-hijauan di halaman-halamanku. Mereka memanfaatkanku untuk menjepit beberapa kuntum mawar. Aku tidak tahu bunga-bunga itu dari acara apa, karena aku ditutup selama acara. Dari yang kudengar sih, ini acara pernikahan Mira dan Roy.

JUNI
Berat sekali! Waktu aku bangun, entah kenapa ada buku Kalkulus besar di atasku. Aaaaahh! Kenapa sih buku yang besar gak ditaruh di bawahku? Aku sendiri jadi ngerasa gak enak waktu buku Kalkulus itu minta maaf.

JULI
Mereka memasukkanku ke dalam koper. Kurasa kami akan pergi berlibur. Aku sebenarnya lebih senang tinggal di rumah. Aku tahu kalau aku akan tinggal di dalam kopor selama... yaah... 2 minggu lah.

AGUSTUS
Sudah lebih dari 3 minggu. Tahun-tahun lalu hanya 2 minggu, bahkan kurang. Ada beberapa baju baru di sebelahku. Mereka bilang mereka dari Jogja.

SEPTEMBER
Akhirnya mereka mengeluarkanku dan mengembalikanku ke rak buku. Sekarang aku punya banyak teman. Dua majalah game dan sekitar 10 Intisari ditumpuk di sampingku. Aku berharap aku dibaca sesering mereka.

OKTOBER
"Kiranya Firman Tuhan ini dapat menjadi penuntun hidup dan pembimbing kita," doa Ayah saat memegangku. Mereka membacaku sebentar hari ini. Tia sakit. Saat ini aku duduk tepat di tengah meja makan. Kurasa Pak Pendeta akan datang untuk jenguk Tia tidak lama lagi.

NOVEMBER
Kembali ke tempat semula. Ibu hampir saja salah ambil, dia kira aku ini kamus bahasa Inggris. Hahahaha...

DESEMBER
Keluarga ini sibuk mempersiapanku menjelang hari Natal. Kurasa aku akan dibungkus kertas kado lagi... Seperti yang selalu terjadi setiap Natal. Ah, siklus tahunanku sepertinya akan terulang lagi deh...