Senin, 25 Oktober 2010

Pemimpin Berintegritas

(Filipi 4: 9)

Integritas (integrity) adalah bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi, walaupun dalam keadaan yang sulit untuk melakukan ini. Dengan kata lain, “satunya kata dengan perbuatan”. Mengomunikasikan maksud, ide dan perasaan secara terbuka, jujur,  dan langsung sekalipun dalam negosiasi yang sulit dengan pihak lain. Terdapat empat contoh wujud dari integritas, yaitu: lurus, tulus, jujur dan dapat diandalkan.

Tentu saja semua wujud dari integritas ini ada dalam Yesus. Dan hal yang perlu kita lakukan sebagai anak Tuhan tentu saja adalah meneladani hidup Bapa kita ini (Filipi 4:9). Untuk menjadi pemimpin yang memiliki integritas, ada 4 hal utama yang harus kita imani:

1.      Kristus sebagai model
Model bukan berarti layaknya model dunia yang memperagakan busana seperti di televisi loh :p, tapi yang dimaksudkan dengan Kristus sebagai model adalah kita menjadikan Kristus sebagai model atau pedoman kita dalam menjalani hidup. Kristuslah sebagai panutan dan tolak ukur kita dalam melakukan sesuatu hal.

2.      Injil sebagai dasar
Layaknya memiliki dasar negara yaitu pancasila, yang menjadikan Indonesia berpegang pada pancasila demikian juga kita harus menjadikan injil sebagai dasar dan kita harus berpegang padanya.

3.      Tubuh Kristus sebagai tujuan panggilan
Kita sebagai anak Tuhan memiliki panggilan untuk melayani Tuhan dan sesama kita dengan tubuh kristus sebagai tujuan panggilan kita.

4.      Kehidupan menyerupai Kristus
Dari beberapa hal yang telah dibahas diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hal yang perlu dilakukan untuk menjadi pemimpin berintegritas adalah memiliki kehidupan menyerupai Kristus dan berpegang pada firman-Nya.

Integritas bukan hal yang tidak mungkin untuk kita capai. Yang dibutuhkan adalah kerja keras dan doa agar Tuhan memberikan Roh Kudus turun atas kita sehingga kita dapat memiliki sikap integritas tersebut dalam diri kita. Jadi, sudah tahu apa yang harus dilakukan sekarang?? :) :)

Rabu, 20 Oktober 2010

Pelayan Cap Jempol

Oleh Kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.”
(2 Korintus 4:1)

Untuk menjadi pemimpin sejati, seseorang tidak cukup hanya memiliki kharisma dan kecakapan dalam memimpin orang di bawah pimpinanya. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang melayani, bukan dilayani. Begitu juga dengan konsep pelayanan Kristen yang berdasar pada kekekalan. Pelayanan kita lakukan karena kita ciptaan Allah.


Pelayanan berdasarkan Perjanjian Baru mencakup 2 hal:
Doulos
,
yang artinya budak. Hidup kita diatur oleh Tuhan, menjadi budak Tuhan. Pada Efesus 2 10, Tuhan sudah menyiapkan pekerjaan buat kita sebelum kita lahir.
Diakonio
,
yang artinya pelayan. Di mana tugas kita melayani untuk orang lain. Pada 1 Petrus 4:10 terkandung arti bahwa, pertama, kita semua diciptakan Tuhan mempunyai karunia atau talenta, yang Tuhan berikan sesuai dengan kehendak-Nya. Kedua, Ayat ini merupakan perintah langsung: “Layanilah seorang akan yang lain.”
            Bagaimana pelayanan yang berintegritas? Apa kita sudah melayani sesuai dengan firman Tuhan? Karena pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan dasar pelayanan Kristen. Pelayanan yang sesuai firman Tuhan: 
Tidak tawar hati di tengah pergunjingan
Kita melayani Tuhan merupakan karunia dari Tuhan, bukan dengan kekuatan kita. Ada Roh Tuhan yang menghidupkan pelayanan yang kita lakukan. Namun, sebelum kita melayani, kita harus menerima Tuhan sebagiai Juru selamat karena kita sudah mendapatkan hidup sejati. Oleh karena itu, bangun hubungan spiritual dengan Tuhan dan miliki relasi yang intim dengan Tuhan. Maka kita akan memiliki dorongan dari dalam batin untuk melayani Tuhan. 
Melayani bukan untuk diri sendiri
Seperti yang tertulis pada 2 Korintus 4:7, Yohanes menganggap dirinya sebagai tanah liat yang akan dibentuk menjadi bejana. Tanah liat merupakan bahan yang rapuh dan mudah pecah. Yohanes menganggap dirinya lemah di hadapan Tuhan. Tuhan juga mengizinkan kita mengalami saat-saat lemah supaya kita bersandar kepada Tuhan. Di mana kita menyadari kelemahan kita, kita akan merendahkan diri, intropeksi diri kita di hadapan Tuhan.
Penutup, Matius 6: 1 dan 4 
Setialah melayani Tuhan, karena kita hidup di hadapan Allah, jangan kita melayani supaya dilihat orang. Mari kita melayani Tuhan karena kita sadar betapa baiknya Tuhan dalam hidup kita.
GBU all...

Selasa, 12 Oktober 2010

Integritas Daniel

Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.” 
 (Daniel 1:8)

Pada jaman sekarang, teknologi kian berkembang pesat, menyebabkan manusia untuk memperoleh kemudahan-kemudahan yang tidak bisa didapatkan pada 5 atau 10 tahun ke belakang. Tapi kemudahan-kemudahan tersebut justru menyebabkan manusia kian tak bertanggung jawab. Lihat saja budaya copy-paste yang sering terjadi di kalangan mahasiswa. Dengan bangganya mereka mengatakan bahwa karya copy-paste mereka sebagai karya “orisinil”. Namun begitu pertanggungjawaban diminta, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak mengerti apa yang telah mereka tulis karena karya tersebut tidak mengakar di dalam otak mereka. Mereka tidak memiliki integritas.

Pada jaman Nebukadnezar, empat orang Yehuda dipilih untuk melayani raja di istana, tentunya bukan orang-orang yang sembarangan karena mereka adalah keturunan raja dan kaum bangsawan. Mereka adalah orang-orang yang juga memiliki kemampuan sepuluh kali lebih cerdas daripada orang-orang seangkatannya. Bukan berarti mereka bisa berbuat lebih seenaknya daripada orang-orang biasa tapi justru tanggung jawab mereka lebih besar. Salah satu dari empat orang itu adalah Daniel.

Daniel sebagai orang berintegritas mau bersaksi di dalam istana raja dengan tidak menyantap makanan-makanan lezat a la menu raja, namun ia lebih memilih untuk menyantap sayuran meskipun sayuran tersebut kalah menariknya daripada makanan raja. Ia mau menunjukkan kepada orang-orang yang tidak percaya bahwa Ia tidak mau menajiskan dirinya di hadapan Allah yang berarti pula menunjukkan rasa takutnya pada Allah. Dengan kesaksiannya tersebut, Daniel mendapat karunia Allah berupa kasih dan sayang dari pemimpin pegawai istana.

 Daniel dan ketiga kawannya juga saling berkomunitas agar dapat menjadi terang di dalam istana raja. Mereka saling mengolah diri dan belajar berintegritas serta menjaga integritas tersebut. Mereka bersama-sama bersaksi tentang Allah di dalam istana raja di mana hampir seluruh penghuninya tidak mengenal Allah.

Dari rangkuman khotbah Jumat kali ini ada tiga poin penting mengenai integritas yang dapat kita petik dari tokoh Daniel:
  1. Memiliki kemampuan/dasar untuk berintegritas (berpengetahuan);
  2.  Berani mengambil sikap dan tanggung jawab atas keputusannya;
  3. Mampu menghadapi dan memenuhi tuntutan yang besar.

Demikian rangkuman khotbah Jumat kali ini, semoga bisa menjadi berkat bagi kita semua. Amin.

Rabu, 06 Oktober 2010

Integritas Waktu

“Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, dimana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja.”
(Yohanes 9 : 4)

Waktu adalah salah satu bentuk dimensi yang dimiliki oleh setiap orang tanpa terkecuali. Setiap orang memiliki waktu yang sama, 365 hari setahun, 24 jam sehari, 60 menit setiap jam, dan seterusnya. Sehingga, dengan waktu yang dimilikinya, tiap orang dapat melakukan berbagai hal.

·         Beraktivitas
Allah selalu beraktivitas, Ia menciptakan langit dan bumi, Ia yang menciptakan kita, Ia yang mengatur kehidupan semua manusia di dunia ini. Begitu banyak pekerjaan Allah yang dapat kita rasakan. Ia menjadi contoh bagi kita. Sebagai pengikut Allah, kita tidak boleh hanya diam dan tidak melakukan apa-apa. Banyak pekerjaan menanti kita.
·         Berprestasi
Dengan waktu yang tersedia bagi kita, jangan sampai kita menyia-nyiakan karunia yang diberikan Allah. Masih banyak potensi diri yang dapat dikembangkan, sehingga akhirnya membuahkan hasil prestasi yang menyenangkan hati Allah.
·         Menjadi berkat bagi orang lain
Menjadi berkat bukanlah suatu hal yang sulit. Kita bisa menaburkan berkat bagi banyak orang dengan apa yang kita lakukan, apa yang kita katakan, bahkan hanya dengan sebaris kalimat doa.

Sebagai seseorang yang memiliki integritas waktu, kita harus memiliki kejujuran dalam menghargai waktu, memanfaatkan waktu dengan baik, dan mengatur waktu yang diberikan Tuhan. Mahasiswa dengan segudang kegiatan haruslah mulai bekerja keras, dan membuat skala prioritas agar semua kegiatan dapat terorganisir dengan baik. 

Yang terpenting, kita harus bisa menghargai waktu. Tidak seorangpun yang tahu, kapan kita akan dipanggil Tuhan. Apakah kita sudah hidup sesuai kehendak Allah? Apakah kita sudah menjadi berkat bagi orang lain? Jangan sampai semuanya terlambat. Hidup ini sangat singkat. Oleh karena itu, pergunakanlah waktu dengan sebaik-baiknya. Jadikanlah hari ini seakan-akan menjadi hari terakhir untuk kita, agar waktu yang diberikan Tuhan dapat kita ubah menjadi sesuatu yang berharga bagi diri kita, orang lain, dan terutama bagi Allah sendiri. Tuhan memberkati. :)