Jumat, 31 Oktober 2008

Save Our Nation

Salah seorang mantan presiden Amerika, John Fitzgerald Kennedy atau biasa kita kenal dengan sebutan John F. Kennedy (JFK), dalam pidatonya di acara inagurasinya sebagai Presiden Amerika yang baru mengucapkan suatu kalimat yang cukup dikenal oleh banyak bangsa. Isinya kurang lebih adalah, “And so, my fellow Americans, ask not what your country can do for you; ask what you can do for your country.” (Jadi, teman-temanku warga negara Amerika, jangan pernah tanyakan apa yang telah negara lakukan bagimu; tanyakanlah dirimu sendiri apa yang telah kau lakukan untuk negaramu).

Pernyataan yang dilontarkan oleh John F. Kennedy ini memiliki dua makna yang saling melombai dan memaknai pernyataan itu secara berbeda satu sama lainnya. Makna pertama adalah ajakan Kennedy kepada setiap warga negaranya agar dapat memajukan diri mereka dan saling bahu-membahu sekaligus saling berlomba membangun negara mereka menjadi negara yang lebih adil dan makmur melalui kontribusi mereka masing-masing sedang makna yang kedua dari perkataan itu adalah penghargaan tertinggi dari dirinya kepada setiap orang atas apa yang telah mereka raih dan yang mereka berikan dalam keterbatasan mereka untuk dapat membangun negara tersebut menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Pada dasarnya, apa yang diutarakan oleh JFK tak banyak berbeda dengan pernyataan para penginjil mula-mula seperti Paulus, nabi-nabi pendahulu seperti Raja Salomo dan Nehemia sampai Imam Agung Pengantara kita, Kristus Yesus, pernah mengutarakannya saat berbicara mengenai pajak kepada kaisar. Pada kebaktian ini, kita akan mengeksposisi bahan ini pada kitab Nehemia. Kitab Nehemia bercerita tentang seorang budak yang sekaligus adalah nabi Tuhan bernama Nehemia, seorang keturunan Israel yang berada di negeri yang jauh dari Israel dan lebih makmur dari Israel saat itu (masa-masa perbudakan) tetapi rela meninggalkan semua kenikmatan itu untuk membangun lagi Yerusalem yang telah rubuh. Nehemia, dalam kitabnya, diceritakan memiliki posisi yang sangat dekat dengan raja yang berkuasa saat itu (raja Artahsasta) dan menjadi orang kepercayaan raja saat itu (Juru Minum Raja). Dalam kitab itu diceritakan, meskipun Nehemia mengetahui dia berada jauh dari tempat dimana seharusnya dia berasal, Israel, dan dia memiliki posisi yang cukup penting namun Nehemia masih mengingat akan apa yang pernah diceritakan dan diajarkan kepadanya oleh para pendahulunya mengenai negara Israel, kota suci Yerusalem dan posisi serta kewajiban dia sebagai salah satu warga negara. Nehemia secara sadar mengerti panggilannya yang berasal dari Tuhan dan bagaimana dia harus bertindak terhadap negara tercintanya saat sedang terpuruk tanpa harus melawan Allah dan kehendak-Nya.

Sebagai umat pilihannya yang telah dipilih untuk diselamatkan, ditentukan untuk digerakkan oleh Roh Kudus agar dapat percaya kepada Juruselamat, kita juga memiliki kewajiban untuk melakukan apa yang telah ditugaskan oleh Tuhan kepada kita saat kita berada di dunia, termasuk ambil bagian dalam membangun negara kita ini. Namun, sebelum kita membangun negara ini, kita harus menyadari apa arti kehadiran kita di dalam negara ini, posisi kita dalam pembangunan dan pengembangan negara dan apa saja yang harus disiapkan oleh diri kita agar dapat bersama-sama berkontribusi untuk membangun negara ini. Apa yang harus kita lakukan? Perhatian penuh akan panggilan Tuhan kepada kita adalah jawabannya. Pribadi sebuah ciptaan dalam kehidupannya hanya akan memiliki esensi hidup ketika dipergunakan sesuai tujuan pencipta ketika menciptakannya. Berarti, arti hidup sebuah ciptaan tak jauh daripada tujuan dia diciptakan. Begitu juga posisi manusia dihadapan Tuhan. Manusia yang tak lain adalah makhluk ciptaan memiliki tujuan yang ditanamkan oleh Allah Bapa ketika diciptakan. Esensi hidup dan kegunaan kita serta kejelasan arah yang harus kita ambil dalam bertindak sesuai dengan apa yang telah ditugaskan oleh Allah hanya akan menjadi jelas ketika kita mengerti apa tujuan kita diciptakan. Satu hal yang perlu diingat, Allah telah berjanji kepada setiap umat-Nya bahwa apa yang direka-rekakan Allah kepada kita dalam rangka mencapai tujuan hidupnya tidak jauh-jauh demi kebaikan kita juga. Ayah kita yang berada di dunia saja tahu apa yang terbaik untuk kita, apalagi Bapa kita yang di sorga!

Mahasiswa-mahasiswa ITB yang terkasih, setiap dari kita tak mungkin secara tak sengaja diberikan izin oleh Tuhan untuk lahir di Indonesia dan mengenyam pendidikan di ITB. Kita saat ini memiliki posisi yang sama seperti Nehemia. Kita, pemuda-pemuda yang akan mewarisi negara kita ke depannya nanti dan yang seharusnya dapat mencetak sejarah baru bagi negara ini, sedang berada dalam keadaan dimana kita sedang mengalami kenyamanan (dunia pendidikan yang masih ideal, uang kiriman masih berasal dari orang lain) tetapi dinding-dinding pelindung tanah kelahiran kita sudah roboh dan harus dibangun kembali. Penemuan tujuan kita ditempatkan di sini dan kepekaan kita dalam mengerti perintah Allah Bapa adalah pilihan kita. Mari kita berkaca kepada firman-Nya agar mengerti bagaimana seharusnya kita bertindak dalam membangun tembok negara kita yang telah runtuh. Bangsa kita butuh pemimpin-pemimpin yang takut akan Allah di tengah keberadaannya saat ini. Mari kita membangun bangsa ini dimulai dari diri kita sendiri dengan tetap hidup berintegritas di hadapan Tuhan.

~ Bersama Mencari Kebenaran ~

Tidak ada komentar: