Jumat, 12 Maret 2010

Kipas Kristal

Tulisan ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan alat yang digunakan orang-orang untuk menyejukkan diri. Apalagi dengan struktur yang berdensitas lebih besar dari struktur amorf yang telah memusingkan kepala banyak orang. Tulisan ini murni mengenai orang Kristen. Mengapa tentang orang Kristen? Karena sekarang adalah waktu yang tepat untuk membahasnya: Natal.

Natal adalah suatu hal yang lazim dikaitkan dengan pohon natal, ibadah gereja, kandang domba, lampin, palungan, orang-orang Majus. Suatu perayaan besar akan lahirnya seorang bayi, Juruselamat dunia. Setiap orang menunggu-nunggunya, setiap orang merayakannya, setiap orang sibuk mencari-cari hadiah, sibuk mengikuti ibadah-ibadah natal dan perayaannya di banyak gereja. Semua orang bersukacita, bahkan Tuhan pun tersenyum melihatnya. Benarkah?

Kebanyakan orang mungkin memiliki euphoria yang tinggi terhadap natal. Namun, tidak semua orang seperti itu. Banyak orang yang mungkin tiap-tiap harinya bergumul tentang apa yang akan dilakukannya untuk keberlangsungan hidupnya, banyak juga yang sedang berduka dan tidak memiliki siapa-siapa untuk merayakannya di saat begitu banyak orang di tengah kelimpahannya bisa mengeluarkan uang yang besar untuk merayakan dan menikmati indahnya natal. Pertanyaannya sekarang adalah, sebenarnya apa esensi dari natal itu sendiri?

Natal bukanlah suatu perayaan, melainkan wujud Kasih Kristus yang nyata bagi manusia. Di dalam pemikiran manusia, Natal adalah suatu keindahan. Tetapi jika saja kita mau melihat kembali apa yang terjadi pada hari kelahiran itu, di situlah kita boleh mengerti betapa butuh perjuangan keras dan ketotalan dalam memberi dari orang-orang pilihan Allah agar benar bahwa kita boleh merayakannya sekarang. Wahyu pasal 12 jelas-jelas memaparkan suatu kejadian nyata pada masa kelahiran yang betul-betul menyeramkan dan sangat menakutkan bagi manusia.

Kelahiran bukanlah suatu tujuan Allah, melainkan kematian di kayu salib sebagai penebusan. Bahkan hari Jumat Agung dan Paskah pun sudah diramaikan dengan segala pesta dan hadiah-hadiah. Padahal apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu adalah suatu derita yang luar biasa bagi Anak Manusia. Derita yang memungkinkan kita sekarang untuk merayakan ini semua dan beroleh Kasih Karunia itu. Orang-orang Kristen telah kehilangan esensi dari Natal itu sendiri. Semua orang telah sibuk dengan dirinya sendiri, meningkatkan eksistensi dirinya di dalam segala bentuk perayaan-perayaan. Tidak lagi melibatkan Allah di dalam segala perayaan-perayaan itu apalagi di dalam kesehariaannya. Padahal kalau kita mau sadari dan akui, Natal itu sendiri adalah merupakan hari ulang tahun dari Yesus itu sendiri.

Tetapi orang-orang yang mengaku adalah pengikut-Nya malah tidak melibatkan-Nya sama sekali di dalam hari jadi-Nya. Sungguh ironis apa yang terjadi sekarang. Sebagai orang Kristen yang benar dan bertumbuh di dalam iman, kasih adalah sesuatu yang harusnya kita tonjolkan di dalam Natal ini. Menonjolkan kasih sama dengan menonjolkan Kristus yang merupakan Kasih yang sempurna itu. Banyak hal yang bisa kita lakukan, melihat orang-orang di jalanan, mengunjungi panti asuhan, memberikan sumbangan. Hal-hal itu mungkin terlalu ekstrem, tapi masih mungkin dilakukan. Tidak harus hal-hal demikian, berkunjung ke tempat teman yang sedang tidak bersama keluarga, share bersama tentang Natal, makan bersama, memberikan ucapan kepada orang-orang sekitar kita, saling mendoakan, saling mendukung mungkin adalah cara-cara yang bisa kita lakukan untuk boleh menyikap natal dengan benar. Jadi jangan sekali-kali menyingkirkan diri Yesus dari dalam diri kita, jangan halangi Dia bekerja dalam diri kita, jangan sampai di hari ulang tahun-Nya kita yang bekerja sendirian. Jadi masih adakah tempat bagi Yesus di dalam diri kita? Ataukah kita mau mengulangi situasi dimana Yusuf dan Maria tidak mendapatkan tempat untuk kelahiran kecuali di kandang domba? Tidak maukah kita memberikan tempat bagi Yesus di hati kita? Jika kita memang mau bertumbuh di dalam-Nya, maka natal ini akan luar biasa karena hanya menyangkut tentang Dia dan bukan kita.

Terakhir sekali. Penasaran mengapa judul tulisan ini “Kipas Kristal?”. Ini adalah singkatan dari “Kristen Paskah dan Kristen Natal” yang merupakan fenomena yang kita lihat sekarang. Jadi jangan sampai fenomena ini menjadi benar di dalam diri kita dan lingkungan kita. Apalagi bila kita memikirkan hal ini sampai berkeringat dan menyejukkan diri dengan sbuah kipas kristal yang sesungguhnya. Hohoho.

^.^

CLU
-smiles 4 u-

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Nice ^^ Tapi kok...

Rikardo Pardede mengatakan...

tapi kok apa dek?? hohoho
CLU
-smiles 4 u-