Rabu, 17 Maret 2010

Keintiman dengan Allah: Kunci Keberhasilan Sejati

Coba pikirkan tentang segala hal menyenangkan yang mungkin nantinya akan kita raih. Dari sekian banyak hal yang baik-baik tersebut, coba pilih salah satu yang paling menggambarkan keberhasilan kita sebagai manusia. Apa itu?

Setiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda tergantung cita-cita dan harapan masing-masing. Keberadaan harapan-harapan itu akan membuat setiap pribadi yang menginginkannya terus berusaha dan bekerja keras lebih daripada usahanya untuk mendapatkan hal lain. Banyak hal yang akan dicoba, mulai dari hal-hal kecil sampai hal-hal yang sangat menyita banyak waktu, tenaga, dan dana. Semua orang berpikir, ”Asal aku bisa mendapatkannya, tidak apa-apa aku melakukan semua ini sekarang.”

Nah, sekarang kita berbicara mengenai kekristenan. Apa standar keberhasilan dari seorang pengikut Tuhan? Apa yang menjadi patokan dan parameter untuk kita dapat mengatakan bahwa diri kita berhasil di dalam kehidupan kekristenan ini? Apakah saat orang tersebut telah melakukan pelayanan yang luar biasa? Apakah ketika seseorang telah menjadi pemimpin pujian, pemain musik, pembicara, orang tersebut bisa dikatakan sukses? Apakah ketika seseorang memiliki sebelas orang murid dia dapat dikatakan sukses?

Tema SLT kita kali ini adalah Pemimpin yang Berbuah. Apa yang dikejar oleh setiap peserta adalah cara untuk menjadi seorang pemimpin yang memiliki buah, yang merupakan tindakan pemuliaan Tuhan (Yoh. 15: 8). Bagaimana cara untuk bisa menjadi pemimpin yang berbuah itu?

Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. (Yoh.15: 4)

Salah satu ayat yang merupakan bagian dari perikop tema SLT kita tahun ini telah menuliskan cara agar seorang pemimpin dapat berbuah: tinggal di dalam Tuhan.

Kata “tinggal” bukanlah sekedar bermakna “singgah” atau “berteduh”, melainkan “menetap” dan “berada di tempat yang sama.” Jadi tinggal di dalam Tuhan bukanlah tindakan memanggil Tuhan di saat kita memerlukan, bukan juga tindakan rutin mengikuti ibadah, persekutuan, dan persekutuan doa. Tinggal di dalam Tuhan memiliki arti yang lebih mendasar lagi. Tinggal di dalam Tuhan berarti kita sebagai pribadi berada bersama Tuhan yang juga merupakan Pribadi yang abadi. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Saat kita percaya, Roh Tuhan akan masuk ke dalam diri kita dan akan terus berada di dalam kita. Permasalahannya sekarang adalah apakah kita mau terus tinggal di dalam Tuhan.

Tindakan tinggal di dalam Tuhan menyangkut dua hal mendasar di dalam kehidupan Kristen, yaitu “saat teduh” dan “berdoa.” Kedua tindakan ini adalah tindakan dasar tetapi wajib dilakukan di dalam proses menetap di dalam Tuhan.


1. Saat Teduh
 Hosea 6:6 berbunyi, ”Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada korban-korban bakaran.” Hal yang terpenting di dalam hidup adalah memiliki pengenalan akan Allah yang terus-menerus menuju kepada kesempurnaan. Mengapa kita harus melakukan saat teduh dan mengenal Allah?



Di zaman Perjanjian Lama, kita masih menjumpai cara komunikasi Tuhan dengan nabi-nabi yaitu Allah secara langsung menampakkan diri kepada manusia atau langsung memperdengarkan suaranya tetapi sekarang cara Yesus berbicara langsung kepada kita adalah melalui Alkitab yang merupakan Firman Yang Hidup. Perkataan Tuhan baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui orang-orang yang dipakainya telah dicatat di dalam Alkitab. Jadi, cara terbaik bagi kita untuk mendapatkan pemahaman yang dari Tuhan adalah dengan membaca dan merenungkan firman-Nya yang ada di Alkitab.

Saat teduh adalah hal yang harus dilakukan secara rutin tiap hari. Teladan Yesus mengajarkan kita tentang bimbingan Allah yang kita dapatkan melalui waktu-waktu tenang bersama Tuhan. Begitu banyak perintah, larangan, dan janji Tuhan yang menjadi tuntunan kita dalam menjalani kehidupan kita. Kita sebagai orang-orang percaya dituntut untuk mengetahui firman itu dan menerapkannya di dalam kehidupan kita.

Di dalam kehidupan keseharian kita, begitu banyak keputusan-keputusan yang harus kita ambil dan sebagai pemimpin rohani, kita dituntut untuk dapat mengambil keputusan yang benar yang bisa memberikan dampak di lingkungan kita. Ketika kita tidak rutin memiliki waktu pribadi dengan Tuhan dan merenungkan perkataan-Nya yang terdapat di dalam Alkitab, maka kemungkinan besar kita akan mengambil pilihan-pilihan yang salah yang akan semakin menjauhkan kita dari posisi pemimpin rohani tersebut. Jadi, kehilangarahan hidup kita adalah hasil dari kurangnya waktu intim dengan Tuhan sehari-hari.

Keintiman sangat dibutuhkan di dalam kehidupan saat teduh kita. Ketika seseorang berteman dengan seorang yang lain, pengenalan orang itu akan temannya akan semakin baik bila dia semakin intim dengan temannya tersebut. Bila dia hanya sekedar tahu dan tidak mengenal dengan intim, maka yang didapatkan hanya pengenalan seadanya, ”Yah, dia orangnya rajin, pintar, baik, penurut.” Namun, bila mereka intim, maka yang ditemukan adalah komunikasi yang intim juga sehingga pengenalan seseorang dapat berujung pada, ”Dia orangnya perhatian, bahkan sangat mau menjadi capek untuk orang lain, dia tidak suka ditraktir tapi maunya mentraktir orang, dia tidak suka dengan ular, tapi sayang sama kucing, dan dia senang sekali buku-buku humor tapi gak suka novel cinta.” Jadi jika kita intim dengan Tuhan, maka kita akan mendapatkan pengenalan yang baik dan benar akan Tuhan sehingga hidup kita akan memiliki dasar yang benar dan memiliki arah yang jelas.

2. Berdoa

Hal lain yang tidak kalah penting dalam tindakan tinggal di dalam Tuhan adalah berdoa. Doa dianalogikan sebagai nafas hidup orang Kristen. Seperti layaknya manusia tidak dapat hidup tanpa nafas, seperti itu jugalah manusia Kristen tidak dapat menjadi seorang Kristen tanpa berdoa. Berdoa ialah komunikasi dengan Tuhan. Komunikasi berbicara tentang interaksi dua arah, kita ke Tuhan dan Tuhan kepada kita manusia.

Seperti halnya seorang teman yang berbicara dan berkomunikasi dengan temannya, maka semua hal dapat dibicarakan. Seperti itu juga ketika kita berkomunikasi kepada Tuhan. Doa atau komunikasi dengan Tuhan secara umum menggambarkan kebergantungan mutlak seorang manusia kepada Tuhannya. Ketidakmampuan kita sebagai manusia membuat kita selalu akan berhubungan dengan Tuhan yang merupakan pencipta kita.

Tuhan berkata di dalam Lukas 11: 9, ”Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.” Inilah janji Tuhan kepada kita anak-anak-Nya. Setiap hal yang kita perlukan, yang kita mau, dan yang kita gumulkan, katakan saja kepada-Nya. Dialah Tuhan kita, yang menciptakan kita, yang mahatahu apa yang kita perlukan. Janji-Nya adalah ketika kita meminta, maka kepada kita pasti akan diberikan.

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”. Tuhan juga menginginkan kita berbicara apa saja kepada-Nya, kekhawatiran maupun ucapan syukur. Tidak ada batasan apapun dalam berdoa, Tuhan selalu ingin kita berkomunikasi dengan-Nya.

Di dalam Yohanes 15: 5, Yesus menganalogikan diri-Nya sebagai pokok anggur dan orang-orang percaya sebagai ranting-rantingnya. Apapun hal yang dilakukan si ranting, sebaik apapun ranting itu tumbuh, bila ranting itu tidak melekat kepada pokok itu, maka ranting itu akan mati. Sama seperti ranting itu, maka kita sebagai orang percaya juga tidak boleh tidak melekat pada Tuhan yang merupakan pokok anggur itu. Konsekuensi dari tidak tinggal di dalam Tuhan adalah tidak dapat menghasilkan buah.

Bayangkan apa yang akan terjadi kepada kita tanpa Tuhan. Bayangkan bila kita tidak mau tinggal di dalam Tuhan. Kita akan hanya menjadi ranting yang dibuang dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang lalu dibakar ke dalam api. Apa jadinya bila kita yang mengaku pemimpin yang berbuah tidak mau tinggal di dalam Tuhan? Yang ada hanyalah perkataan dan tidak ada faedahnya sama sekali. Jadi, mari tetap tinggal di dalam Tuhan dengan menjaga kedisiplinan kita di dalam saat teduh dan doa-doa kita.

This is to my Father’s glory, that you bear much fruit,
showing yourselves to be my disciples.

Tidak ada komentar: